"Penggunaan awal pigmen ini oleh seorang wanita religius menantang asumsi luas tentang ketersediaannya yang terbatas di Eropa abad pertengahan dan produksi teks-teks yang diterangi gender," tulis mereka dalam makalah berjudul Medieval women’s early involvement in manuscript production suggested by lapis lazuli identification in dental calculus.
Bukti itu berada pada mulut kerangka yang memiliki plak. Plak itu menjebak dan melindungi DNA dari berbagai bakteri di dalam mulut, termasuk jejak makanan dan minuman mereka di masa lalu.
Lewat itu, para arkeolog di jurnal Science Advances bisa mendapatkan pemahaman tentang pola makan dan penyakit yang mempengaruhi masyarakat Eropa di abad pertengahan yang belum mengenal kedokteran gigi. Kelompok penelitian ini dipimpin oleh Anita Radini dari Department of Archaeology, University of York, Inggris.
Baca Juga: Setelah 2.600 Tahun, Investigasi Kematian Mumi Perempuan Terpecahkan
Namun apa yang ditemukan kelompok penelitian sungguh mengejutkan. Pada keausan yang sedikit pada tulang perempuan ini, menggambarkan bahwa semasa hidup ia menjalani kehidupan yang tidak terlalu menutut secara fisik.
Pada plak gigi juga ditemukan partikel biru yang tertanam. Saat ditelusuri ternyata adalah mineral lazuardi, yang juga dikenal sebagai batu permata lapis lazuli yang kini kerap dipakai di cincin berharga mahal. Asal mineral ini hanya bisa ditemukan di Afganistan, dan untuk mencapai Eropa tentu membutuhkan jaringan perdagangan kompleks yang membentang ribuan mil pada masanya.
"Kami tahu orang itu berulang kali terpapar debu ini. Itu adalah perilaku yang berulang, pasti," ujar Radini pada National Geographic. "Ini adalah bukti kerajinan pertama yang kami miliki."
Baca Juga: Fatima Al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR