Diperkirakan semasa hidupnya, pigmen berharga ini bisa sampai di mulut wanita Jerman abad ke-11 ini adalah karena mencium gambar yang mengandung lapisan itu, sebagai bagian dari ritual kebaktian, atau terlibat dalam 'pengobatan singkat'. Tim peneliti lebih memilih dugaan bahwa pigmen biru ini bisa ada di mulutnya, karena B78 semasa hidupnya sering menjilati kuasnya untuk melukis.
Tentu lapis lazuardi sebagai benda berharga yang mahal harganya, tidak bisa dipercayakan pada sembarang artis, ujar Alison Beach, sejarawan dari Ohio State University yang terlibat dalam penelitian.
"Fakta kalau seorang wanita diberi pigmen ini, berarti dia berada di level tertinggi, dengan reputasi seni yang dia lakukan," lanjutnya. "Ini adalah bukti fisik paling awal yang kami miliki tentang juru tulis wanita."
Beach melanjutkan, sebenarnya ada banyak referensi tertulis tentang juru tulis wanita di masa lalu, tetapi ditulis secara anonim. Tetapi para sejarawan secara tradisional berasumsi bahwa laki-lakilah yang memproduksinya, terlebih sebagian besar buku abad pertengahan memang tidak ditandai dengan nama.
Baca Juga: Gabrielle Berlatier, Perempuan yang Menerima Kuping Pelukis Van Gogh
"Ini menunjukkan banyak hal yang tidak ditandai [bahwa] dibuat oleh wanita, atau setidaknya itu kemungkinan yang harus kita pertimbangkan," tambahnya.
Anggota peneliti lainnya, Christina Warinner dari Institute of Evolutionary Medicine, University of Zürich mengatakan, bahwa plak gigi yang dipenuhi pigmen pada B78 diharapkan bisa mengubah cara sejarawan melihat peran perempuan dalam budaya Barat di abad pertengahan.
"Kami tidak hanya mengidentifikasi lazuardi di halaman gereja terpencil ini, tetapi juga ada di mulut seorang wanita,” kata Warinner. "Ini memberi kita jendela ke dalam sejarah wanita saat ini."
Sedang Radini berharap apa yang dilakukannya bersama tim bisa menjadi contoh bagi penelitian lain di masa depan, terkait identifikasi seniman dalam catatan arkeologis.
Metode gabungannya bersama disiplin lain bisa mengidentifikasi profesi seperti penenun atau pembuat tembikar, dan diidentifikasi secara akurat dengan serat tanaman atau debu tanah liat yang tertanam di plak gigi. Hal ini bisa menjadi sumber bukti yang lebih andal daripada sekadar mencari pola keausan pada tulang.
Baca Juga: Misteri Mumi Alien Berukuran Mini dari Chili Akhirnya Terpecahkan
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR