Piramida masyhur El Castillo di Chichén Itzá, Meksiko — yang kini menjadi tujuan wisata populer — direncanakan dengan teliti. Para pakar meyakini, piramida itu disejajarkan dengan ekuinoks bulan Maret dan September, ketika lintasan Matahari membentuk bayangan mirip ular yang melata menuruni sisi piramida.
Baru-baru ini, arkeolog bawah air, Guillermo de Anda, menemukan bahwa bangunan itu juga berdiri di tengah perpotongan empat cenote (sumur alami) yakni Cenote Holtún, Cenote Keramat, Cenote Xtoloc, dan Cenote Kanjuyum.
Ini mungkin melambangkan gunung suci di tengah bangsa Maya. Arah piramida itu juga ditentukan berdasarkan saat ketika Matahari mencapai titik tertinggi di langit (zenit matahari). Saat itu, sinarnya jatuh tegak lurus ke tanah.
Tempat sembahyang
Bangsa Maya juga memahat mulut bergerigi pada cenote menjadi segi empat, guna menyalurkan sinar vertikal ketika Matahari berada tepat di atas kepala.
Bangsa Maya, yang sangat membutuhkan air untuk tanaman, memohon dewa hujan Chaak dari dalam cenote. Pada landas batu yang muncul selama masa kekeringan, mereka letakkan sesajen dan melaksanakan ritual, yang mungkin termasuk bakam. Para arkeolog menemukan artefak tersebar di dasar cenote. Mereka meyakini bahwa bangsa Maya mengurbankan pahatan dan benda lain, dengan melemparkannya dari landas.
Baca kisahnya: Rahasia Dunia Lain Bangsa Maya
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR