"Keep smiling" mungkin bukan nasihat atau strategi terbaik bagi beberapa orang. Yakinkah Anda setiap saat tersenyum dapat menciptakan perasaan yang baik?
Para peneliti menemukan bahwa terlalu sering tersenyum justru membuat seseorang merasa lebih buruk, seakan-akan memalsukannya. Seperti, tetap mengembangkan senyum (menyeringai) bahkan ketika mereka sedih.
Kalau berpikir jika memaksakan senyuman, mungkin bisa merasa lebih baik ataupun bisa mengusir emosi negatif, alih-alih hal ini justru menjadi bumerang.
Mengapa demikian?
Di dalam studi ini, peneliti menguji seberapa sering orang tersenyum dan motivasi di balik ekspresinya. Saat menganalisis hasilnya, terbukti bahwa membuat orang yang tengah merasa buruk tersenyum malah bisa menjadikan merasa lebih buruk, karena mereka cukup sering tersenyum, hingga menginterpretasikan tersenyum sebagai "berusaha untuk merasa gembira".
"Pada umumnya, orang tersenyum karena merasa bahagia, karena senyum adalah refleksi kebahagiaan," kata Anirban Mukhopadhyay, profesor pemasaran di Hong Kong, di University of Science and Technology. Namun, lantaran terlalu sering tersenyum, apa yang dirasakan pada saat tersenyum berbalik.
Ia pun menyarankan, untuk kasus orang yang jadi menafsirkan tersenyum sudah terlanjur perasaan negatif —hanya dipandang "cara untuk menjadi senang"— maka yang terbaik adalah dengan tidak tersenyum sampai emosi negatifnya teratasi.
"Dalam praktiknya, menurut saya silakan orang memiliki keyakinan mereka sendiri mengenai tersenyum, dan mengadaptasi baik keyakinannya itu maupun perilakunya untuk membuat perasaan mereka lebih baik," katanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR