Mereka adalah para ahli yang memiliki ketertarikan pada upaya pengungkapan berbagai misteri di Mars yang pada saat bersamaan memungkinkan teknologi yang mereka usulkan itu dapat "ditempelkan" pada kendaraan Mars 2020.
Seluruh instrumen itu memiliki berat sekitar 45 kilogram, sedangkan bobot Mars 2020 sekitar 1 ton. Adapun berat beban yang diangkut Curiosity sekitar 75 kg.
Secara teknis, "laboratorium bergerak" itu digerakkan generator radioisotop yang memungkinkan kendaraan tersebut beroperasi setidaknya satu tahun penuh Martian. Itu setara dengan 687 hari di Bumi.
Untuk membangun dan mengembangkan ketujuh teknologi yang terpilih tersebut dibutuhkan anggaran sekitar 130 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun (kurs Rp 10.000).
Lalu, apakah itu sepadan dengan apa yang akan dihasilkan? "Penjelajahan Mars akan menjadi warisan generasi saat ini dan kendaraan Mars 2020 akan menjadi tahapan kritis lain perjalanan manusia ke 'Planet Merah'," kata Charles Bolden yang juga Kepala Program Luar Angkasa AS.
Desain "baru tapi lama" yang sedang dikembangkan ini sebenarnya sekaligus menuju tahap utama, yakni menjawab tantangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, mengirim manusia ke Mars pada 2030. Selain AS, langkah menuju Mars juga dilakukan Badan Antariksa Eropa (ESA). Mereka merencanakan misi pendaratan yang disebut InSight, sementara pada 2018 dengan misi ExoMars.
Pertanyaan berikutnya, kenapa para ilmuwan dan lembaga penelitian luar angkasa di dunia sangat terobsesi dengan Mars? Apa yang dikatakan Bolden pada April 2014 barangkali memberikan jawaban, "Jika spesies ini hendak bertahan hidup tanpa batas, kita harus menjadi spesies multiplanet. Kita harus pergi ke Mars karena Mars merupakan batu loncatan untuk sistem tata surya lain."
Dan, salah satu faktor penting adalah memastikan keberadaan oksigen.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR