Nationalgeographic.co.id - Kisah persahabatan antara gorila hutan bernama Ndakasi dan penjaga hutan yang merawatnya, Andre Bauma, akhirnya harus berakhir. Gorila yang hidup di Virunga National Park di Republik Demokratik Kongo itu baru saja mati pada akhir September 2021.
Ndakasi adalah gorila yang terkenal karena foto selfienya dengan Andre Bauma sempat viral di internet pada 2019 lalu. Pihak Taman Nasional Virunga mengatakan bahwa Ndakasi telah mati pada usia 14 tahun setelah lama sakit.
"Dengan kesedihan yang mendalam, Virunga mengumumkan kematian gorila gunung yatim piatu tercinta, Ndakasi, yang telah berada di bawah perawatan Senkwekwe Center taman nasional selama lebih dari satu dekade," kata pernyataan dari taman nasional tersebut pada pekan ini, sebagaimana dilansir The Washington Post.
"Ndakasi mengembuskan napas terakhirnya dalam pelukan kasih sayang pengasuh dan teman seumur hidupnya, Andre Bauma," kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa gorila itu mati pada 26 September menyusul penyakit berkepanjangan di mana kondisinya memburuk dengan cepat.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Simpanse dan Gorila Terlihat Berperang di Alam Liar
Ndakasi baru berusia dua bulan ketika para jagawana atau penjaga hutan menemukan tubuh gorila itu menempel di tubuh induknya yang sudah tak bernyawa. Induk Ndakasi mati setelah ditembak oleh milisi bersenjata pada tahun 2007.
Bauma menghibur Ndakasi pada malam pertama pertemuan mereka itu dengan memeluknya di dada telanjang dan dia terus merawatnya sejak saat itu. Ndakasi kemudian dipindahkan ke Senkwekwe Center, pusat perawatan gorila gunung yatim piatu, setelah fasilitas tersebut didirikan pada tahun 2009. Ndakasi kemudian tinggal bersama gorila gunung yatim piatu lainnya yang dianggap terlalu rentan untuk kembali ke alam liar.
Kehidupan gorila gunung itu ditampilkan dalam pertunjukan dan film dokumenter "Virunga," dan dia mendapatkan ketenaran internet pada tahun 2019 untuk foto yang menampilkan dia berdiri santai dengan dua kaki dengan perut besarnya yang menonjol di samping gorila lain, Ndeze, dan dengan Bauma sang penjaga hutan yang sedang mengambil swafoto di bagian paling depan.
Dalam sebuah pernyataan seperti dilansir People, Bauma mengatakan bahwa adalah "suatu kehormatan untuk mendukung dan merawat makhluk yang penuh kasih seperti itu, terutama mengetahui trauma yang diderita Ndakasi di usia yang sangat muda."
"Orang-orang bisa mengatakan bahwa dia mengikuti ibunya, Nyiransekuye, yang namanya berarti 'seseorang yang senang menyambut orang lain'," ujar Bauma yang juga mengatakan bahwa merupakan hak istimewa baginya "untuk mendukung dan merawat makhluk yang penuh kasih seperti itu."
"Sifat manis dan kecerdasan Ndakasi-lah yang membantu saya memahami hubungan antara manusia dan kera-kera besar dan mengapa kita harus melakukan segala daya untuk melindungi mereka."
Baca Juga: Buat yang Penasaran Mengapa Gorila Jantan Suka Menggebuk Dada
Bauma mengaku bangga menyebut Ndakasi sebagai temannya. "Saya mencintainya seperti anak kecil dan kepribadiannya yang ceria membawa senyum ke wajah saya setiap kali saya berinteraksi dengannya," katanya dalam pernyataan tersebut.
Bauma juga pernah mengatakan kepada BBC pada 2014 lalu bahwa dia mencintai Ndakasi seolah-olah dia adalah putrinya.
"Kami berbagi tempat tidur yang sama, saya bermain dengannya, saya memberinya makan ... saya dapat mengatakan bahwa saya adalah ibunya."
"Dia akan dirindukan oleh kita semua di Virunga tetapi kita selamanya bersyukur atas kekayaan Ndakasi yang dibawa ke dalam hidup kita selama hidupnya di Senkwekwe," ujar Bauma menutup pernyataan atas kematian Ndakasi.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Simpanse Liar Terekam Sedang Masturbasi Pakai Botol
Taman Nasional Virunga di Kongo timur adalah rumah bagi beberapa gorila gunung terakhir di dunia. Rwanda dan Uganda, dua negara tetangga Kongo, juga memiliki beberapa gorila gunung. Bersama-sama populasi gunung di ketiga negara itu adalah lebih dari 1.000 ekor.
Hampir 700 penjaga hutan di taman Virunga mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi satwa liarnya di wilayah yang telah mengalami konflik bersenjata dan ketidakstabilan selama lebih dari dua dekade.
Source | : | The Washington Post,People,BBC |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR