Prospek pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) makin besar. Wilayah yang sejak 2011 masuk Koridor V dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Peluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) bersama Bali ini memang memiliki keunggulan di sektor pariwisata dan pangan.
Pemerintah pun memberi propritas sampai 2025 pada enam lokasi wisata di Koridor V dari 16 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yakni Kintamani – Danau Batur (Bali), Menjangan – Pemuteran (Bali), Kuta-Sanur-Nusa Dua (Bali), Rinjani dan sekitarnya (NTB), Pulau Komodo dan sekitarnya (NTT) serta Ende-Kelimutu (NTT). Kawasan Mendelika di pantai selatan Lombok juga dalam proses menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, di samping beberapa kawasan pariwisata baru di Kupang, serta pantai selatan di Lombok dan Bali sebagai Daerah Perhatian Investasi (DPI).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dan Koordinator Koridor V MP3EI, Mari Elka Pangestu, mengatakan, sektor pariwisata makin meningkat, terutama di provisni NTB yan gmaju pesat. Dari angka statistik daerah, jumlah kunjungan wisatawan ke NTB, baik nasional maupun internasional, naik tajam dari 887.000 orang pada 2011 menjadi 1,2 juta orang pada 2013.
Infrastruktur bandara
Prioritas yang diberikan Pemerintah di wilayah Bali, NTB, dan NTT, adalah membangun infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas ke daerah tujuan wisata, serta jaringan dan kapasitas transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Untuk sektor udara, bandara diprioritaskan untuk dikembangkan.
Sebut Bandara Internasional Lombok (BIL), di Praya-Lombok, Bandara Sultan Salahudin di Bima, dan Bandara Brang Biji di Sumbawa Besar, yang kapasitasnya terus ditingkatkan. Landasan pacu di BIL dan Salahudin diperpanjang; di BIL dari 2.750 meter menjadi 3.000 meter, di Salahudin dari 1.600 meter menjadi 2.100 meter. Tahun 2013, penumpang internasional di BIL meningkat sampai 193,98 persen jadi 79.000 orang, sementara penumpang domestic 1,087 juta orang, baik 17,31 persen dari tahun 2012.
Di NTT, kapasitas Bandara El Tari di Kupang sebagai gerbang utama akan ditingkatkan. Jumlah penumpangnya tahun 2013 mencapai 1,4 juta orang, meningkat 110 persen. Di samping itu, ada wacana untuk menjadikan bandara di Pulau Flores sebagai hub kedua. Di pulau ini ada enam bandara: Komodo di Labuan Bajo, Frans Sales Lega (Satartacik) di Ruteng, Soa di Bajawa, H Hasan Aroeboesman di Ende, Frans Seda (Waioti) di Maumere, dan Gewayantana di Larantuka.
Ada 14 bandara di NTT, selain enam di Flores, ada dua di pulau Timor, yakni El Tari dan Haliwen di Atambua, juga dua di Pulau Sumba: Bandara Tambolaka di Waikabubak dan Umbu Mehang Kunda di Waingapu. Empat lagi adalah Bandara Mali di Kalabahi-Pulau Alor, Wunopito di Lewoleba-Pulau Lembata, Lekunik di Pulau Rote, dan Tardanu di Pulau Sabu. Dua tahun lalu, Pemerintah Pusat melalui APBN telah mengalokasikan dana Rp1,2 triliun untuk pengembangan bandara-bandara tersebut.
Konektivitas kian lancar
Penerbangan di NTB dan NTT sebelumnya dilayani Merpati Nusantara Airlines dan Trigana Air Service. Tahun ini, Merpati tak beroperasi lagi, sementara Trigana lebih fokus untuk penerbangan di kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua. Mulai akhir 2000-an, Wings Air, anak perusahaan Lion Air, masuk dan merajai destinasi di sana.
Saat ini, wings yang memiliki tiga pesawat Dash-8, 20 ATR-72-500, dan tujuh ATR 72-600, mengerahkan sebagaian armada ATR 72 untuk menerbangi sembilan destinasi, yakni Lombok, Maumere, Bima, Ende, Labuan Bajo, Kupang, Waingapu, Tambolaka, dan Sumbawa Besar. Menurut Capt. Redi Irawan, Direktur Operasi Wings Air, Laratunka dan Alor akan segera diterbangi.
TransNusa Air juga menerbangi delapan destinasi di NTB dan NTT, yakni Bima, Ende, Kupang, Labuan Bajo, Maumere, Ruteng, Sumbawa Besar, dan Tambolaka. Perusahaan penerbangan yang fokus terbang di kawasan timur Indonesia ini mengoperasikan tiga Fokker 50, satu BAe 146-200, dan akan mendatangkan empat ATR 42-300.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR