Kondisi pertumbuhan yang sulit dan meningkatnya permintaan membuat para petani kopi mencampurkan kopi mereka dengan gandum, kedelai, gula merah, gandum hitam, barley, biji Acai, jagung, ranting, bahkan tanah. Bahan-bahan campuran ini tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi sebagian besar orang. Namun, berbahaya bagi orang yang alergi kedelai dan gandum. Hal ini dikatakan oleh Suzana Lucy Nixdorf, peneliti di Universidade Estadual de Londrina, Brasil.
Oleh karena itu Nixdorf mengembangkan uji kimia yang bisa membedakan produk kopi asli dan produk kopi campuran.
Kekurangan kopi
Menurut laporan dari Asosiasi Kopi Nasional di tahun 2013, 83% warga Amerika minum kopi, lebih dari 78% tahun 2012, dan 63% warga mengatakan mereka meminumnya setiap hari. Risiko kesehatan yang ditimbulkan kopi masih kurang jelas.
Seraya meningkatnya permintaan terhadap kopi, suhu tinggi, tingkat kekeringan, dan tanaman penyakit yang dikenal sebagai "kopi karat" menghancurkan pohon kopi Arabica, padahal jenis kopi ini adalah salah satu yang paling populer dan ditanam di peternakan dataran tinggi di Amerika Tengah dan Selatan.
Brasil, penghasil kopi utama di dunia, biasanya menghasilkan sekitar 60 kilogram tas setiap tahun. Tapi kekeringan yang melanda negara itu pada bulan Januari hingga Maret menyebabkan petani kopi Brasil menghasilkan sekitar 10 juta kantong lebih sedikit tahun ini, menurut Laporan Kopi Internasional yang dikeluarkan oleh Informa Agra, Inc. Perbedaan 10 juta kantong berarti sekitar 42 miliar cangkir kopi hilang.
Namun, bukan berarti para penikmat kopi harus menimbun biji-biji kopi sebanyak mungkin sebelum kopi menjadi langka. Para penghasil kopi tetap dapat memenuhi permintaan, tetapi terpaksa dengan hasil berkualitas rendah, kata Gleidson Patto, pengamat biaya kopi untuk Pinhalense (penyedia peralatan bagi petani kopi).
Kecenderungan ini pada akhirnya akan menaikkan harga kopi dan mendorong "pemalsuan kopi", menurut para ahli, bahan-bahan yang dicampurkan bersama kopi dapat membuat persediaan kopi murni bertahan lebih lama dan meningkatkan keuntungan.
Masalahnya adalah, "Anda membayar untuk kopinya, tetapi Anda tidak benar-benar mendapatkan kopi," kata Nixdorf kepada Live Science.
Cara mengetahui pemalsuan kopi
Saat ini, cara yang ada untuk mengetahui pemalsuan kopi adalah dengan memeriksa butiran-butirannya di bawah mikroskop. Tetapi setelah memanggang dan menggiling kopi, rasanya tidak mungkin untuk dapat melihat ranting, atau buah-buahan berry, atau tanah sekalipun di dalam bubuk kopi yang berwarna gelap. Kata Nixdorf, bagi pengusaha kopi di Brasil adalah umum untuk menghasilkan produk kopi yang warnanya sangat gelap, karena bahan-bahan tambahan semakin tercampur dengan baik.
Selain itu, cara lain adalah merasakannya. Misalnya, kopi yang dicampur denga jagung akan terasa manis, tetapi perubahan rasa yang sebentar ini sulit untuk dideteksi.
Nixdorf pun telah mengembangkan sebuah uji yang menganalisis kompisisi kimia dari kopi. Ia menggunakan kromatografi, sebuah proses yang menciptakan jejak "sidik jari" semua bahan.
Pertama, kopi seduh (brewed coffee), dihasilkan melalui tekanan pompa; kopi terhasilkan melalui kertas saringan. Setiap bahan tambahan akan menunjukkan reaksi yang berbeda-beda pada kertas saringan dan mengalir dalam tingkatan berbeda. Bahan-bahan tambahan ini dipisahkan dari panjang dan warna noda yang ditinggalkan. Bahan-bahan tambahan memiliki kadar gula yang berbeda dari senyawa alami dalam kopi, dan mereka meninggalkan noda yang berbeda. Nixdorf mengatakan tes ini dapat mengetahui apakah bahan tambahan dicampur ke dalam bubuk kopi dengan akurasi 95%.
Uji kromatografi ini untuk sementara waktu baru bisa dilakukan di laboratorium saja. Solusi yang ditawarkan adalah sebaiknya para penikmat kopi tetap membeli dari merk dan kedai-kedai kopi yang terpercaya.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR