Nationalgeographic.co.id - Ternyata, kegunaan beton tidak hanya berakhir ketika ia dibentuk menjadi sebuah struktur bangunan. Namun beton tua kini akan dapat didaur ulang atau digunakan kembali dalam bebeberapa proyek konstruksi, tergantung pada bentuk material dan ukurannya.
Ide ini merupakan hasil gagasan dari peneliti asal Swiss yang menyarankan bahwa beton tua yang sudah tidak dipergunakan lagi yang berasal dari bangunan yang runtuh atau tidak terpakai dapat digunakan kembali dengan memotong beberapa bagian yang utuh dan membentuknya kembali untuk sebuah konstruksi.
Meskipun banyak orang yang meragukan untuk menggunakan kembali beton yang tidak terpakai karena kekhawatiran, tetapi peneliti dari EPFL (École Polytechnique Fédérale de Lausanne) Swiss menyatakan bahwa kekhawatiran tersebut sebagian besar tidak berdasar.
Menggunakan balok beton bertulang dari dinding bangunan yang telah direnovasi, peneliti EPFL telah membuat prototipe jembatan penyeberangan. Proyek ini merupakan bagian dari inisiatif secara substansial untuk mengecilkan jejak karbon industri konstruksi melalui pendekatan ekonomi sirkular.
Baca Juga: LIPI Tawarkan Solusi untuk Masalah Limbah Masker Sekali Pakai
Sebagaimana dilansir Tech Explorist, Maléna Bastien Masse berkata, “Kami memberi diri kami waktu dua bulan untuk menemukan sumber bangunan di wilayah tersebut dan perusahaan pembongkaran yang akan tertarik untuk bekerja dengan kami. Perusahaan itu ternyata adalah Diamcoupe, yang ditugaskan untuk merenovasi sebuah bangunan yang didirikan kurang dari sepuluh tahun yang lalu; situs renovasi ini adalah kesempatan sempurna untuk mendapatkan blok beton yang layak.”
Para peneliti akan membangun jembatan selebar 10 meter dengan memotong 25 balok beton menjadi potongan-potongan individual di lokasi. Mereka kemudian dirakit menjadi lengkungan pratekan.
“Kami meminta Diamcoupe untuk memotong beton menjadi ukuran yang kami butuhkan dan mengebor lubang melaluinya untuk kabel prategang kami. Kabel ini disediakan oleh Freyssinet dan digunakan untuk membangun lengkungan,” kata Masse.
Menurut peneliti, dalam upaya agar dapat menggunakan kembali beton secara efektif, maka diperlukan perancangan metode baru berdasarkan pemanfaatan bagian beton yang ada. Metode baru yang digunakan oleh SXL ini berupa program komputer yang mengotomatiskan proses pemilihan elemen yang diambil dari stok tertentu sehingga dapat mengurangi jejak karbon dari struktur yang baru.
Jan Brütting, Ph.D. lulusan SXL ini mengatakan, “Lengkungan adalah struktur ideal untuk penggunaan kembali balok beton karena materialnya hanya tunduk pada gaya tekan.”
Baca Juga: Penemuan Materi Baru yang Mampu Mengubah Limbah Panas Menjadi Listrik
Corentin Five, asisten profesor jalur kepemilikan di EPFL dan kepala Structural Exploration Lab (SXL) di dalam Smart Living Lab, mengatakan, “Sebagian besar bangunan di Swiss terbuat dari beton, dan memproduksi bahan mentah ini menyumbang 7% dari emisi CO2 dari aktivitas antropogenik. Terlebih lagi, beton merupakan 50% dari limbah pembongkaran.
Saat bahan mencapai akhir masa pakainya, bahan tersebut paling baik dipecah menjadi kerikil atau butiran untuk membuat bentuk daur ulang—tetapi itu menghabiskan banyak energi. Jika kita memotong balok beton dan menggunakannya kembali, kita dapat mencegah kebutuhan untuk memproduksi lebih banyak beton dan menghilangkan limbah lembam. Emisi karbon dari proses ini tidak selalu nol, tetapi akan berkurang secara drastis. Kami akan menunda kebutuhan untuk mendaur ulang beton usang.”
Ia juga berujar, “Proyek ini adalah panggilan untuk bertindak bagi industri konstruksi. Tidak ada jembatan beton baru lainnya yang memiliki jejak karbon sekecil kami.”
“Bayangkan jika setiap struktur beton usang di luar sana dipotong menjadi balok-balok dan digunakan untuk memenuhi sebagian permintaan global akan beton baru. Itu akan menjadi langkah besar untuk mengatasi beberapa tantangan perubahan iklim yang paling mendesak,” pungkasnya.
Para insinyur proyek telah selesai menguji beban struktur baru ini, dan meresmikannya dalam upacara peresmian di Halle Bleue Lab Smart Living pada 11 Oktober 2021 kemarin.
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR