Hanya dalam beberapa generasi, penduduk Korea Selatan diperkirakan akan menyusut hingga sesedikit penduduk Swiss. Angka kelahiran di negara itu hanya di kisaran 1,9 per perempuan.
Riset oleh lembaga riset nasional di Seoul, Korea Selatan, menunjukkan perkiraan pertumbuhan penduduk nol akan terjadi di Negeri Ginseng pada tahun 2750. Namun, pada 2136, negara tersebut diperkirakan tinggal punya penduduk sekitar 10 juta orang, dari posisi sekarang 50-an juta jiwa.
Politisi dari kubu oposisi, Yang Seung-jo, merupakan "pemesan" riset ini. Dari riset tersebut didapatkan pula bahwa anjloknya angka kelahiran akan terjadi lebih cepat di beberapa wilayah di Korea Selatan dibandingkan wilayah lain.
Kawasan Seoul merupakan wilayah yang diperkirakan kali pertama mendapatkan pertumbuhan penduduk nol pada 2413. Tren dari riset ini, kota-kota besar akan mengalami gelombang pertama berhentinya kelahiran.
Masalah populasi ini tak hanya mengancam Korea Selatan. Pada 2012, riset lain mendapati ancaman serupa bagi Jepang. Akan tetapi Negeri Matahari Terbit punya waktu lebih panjang daripada Korea Selatan sebelum mengalami kelahiran nol itu, yaitu 1.000 tahun. (Baca lebih jauh di sini)
Riset-riset mendapati, pemicu ancaman populasi ini sebagian besar adalah masalah kesuburan. Angka kesuburan ini merujuk pada berapa banyak anak yang dilahirkan seorang perempuan.
Angka kesuburan rata-rata perempuan di dunia diperkirakan pada rasio antara 2,33 dan 2,5. Butuh rasio angka kelahiran 2,1 untuk menjaga tingkat populasi dunia pada saat ini.
Masalahnya, beberapa negara di kawasan Asia Timur mencatatkan angka kelahiran di bawah itu. Sementara itu, negara maju, seperti Perancis, Amerika Serikat, dan Swedia, juga punya persoalan yang sama.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR