Penyakit kanker payudara selama ribuan tahun belum pernah diketahui keberadaannya, sampai manusia menciptakan bra. Para ahli lalu menduga pemakaian penopang payudara ini merupakan biang keladi kanker payudara. Namun, perdebatan mengenai hal ini juga masih berlangsung.
Ada penelitian yang menunjukkan kaitan antara bra dengan kanker payudara, tapi studi-studi lain membantahnya. Dalam studi terbaru ini kembali ditemukan bukti bahwa pemakaian bra tidak memicu kanker payudara.
Penelitian tersebut melibatkan 1.500 wanita yang sudah dalam masa pascamenopause. Ternyata, tidak ada perbedaan risiko kanker payudara antara yang menggunakan bra dan yang tidak.
Dalam asumsi sebelumnya, peneliti menganggap bra yang ketat, terutama jenis yang menggunakan kawat, dapat menghalangi proses pembuangan limbah tubuh melalui kelenjar limfa. Akibatnya, pembuangan toksin menjadi terganggu dan membuat paparan zat kimia karsinogenik semakin banyak.
Studi sebelumnya telah mempelajari 3.000 wanita pengguna bra. Mereka mengaitkan ukuran bra yang besar lebih berdampak pada peningkatan risiko kanker payudara, tapi hanya terbatas pada wanita pascamenopause dan obesitas.
Selain itu, terbit sebuah buku yang berjudul Dressed to Kill: The Link Between Breast Cancer and Bras pada tahun 2005. Buku ini mendatangkan ketakutan bagi pengguna bra dan produsennya. Pasalnya, buku ini menyetujui asumsi bahwa bra menyebabkan racun terakumulasi di jaringan payudara.
Kontroversi ini menarik perhatian sebuah tim dari Universitas Washington untuk segera meneliti kebenarannya. Mereka mempelajari 1.513 wanita berusia 55 sampai 74 tahun. Lebih dari 1.000 orang ternyata didiagnosis kanker jenis invasive ductal carcinoma (IDC) ataupun invasive lobular carcinoma (ILC), sementara sisanya sehat.
Setelah itu, para peneliti mewawancara satu per satu wanita tersebut. Mereka menanyakan ukuran dan lingkar bra, umur saat wanita itu mulai menggunakan bra, apakah jenis branya pakai kawat, durasi pemakaian setiap harinya, berapa hari penggunaan per minggu pada waktu-waktu tertentu. Hasilnya, peneliti tidak menemukan bukti adanya hubungan antara kanker payudara dengan seluruh variabel itu.
Mahasiswa doktoral yang memimpin penelitian ini, Lu Chen mengatakan, "Awalnya, pertanyaan seberapa sering mereka menggunakan bra menjadi penting. Namun, studi kami tak mendapat bukti bahwa penggunaan bra meningkatkan risiko terkena kanker payudara," ungkap Chen.
Risiko itu pun tidak dipengaruhi dari durasi pemakaian bra per hari, apakah jenis branya memakai kawat, atau usia awal memakai bra.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR