Kapal bom ini didesain oleh Sir Henry Peake dan dikonstruksi oleh Angkatan Laut Kerajaan di galangan kapal Pembroke, Wales, 1826. Erebus, adalah nama daerah gelap Hades (mitologi Yunani) yang kemudian menjadi panggilannya. Beratnya 372 ton dan dilengkapi dengan dua kapal mortir.
Setelah pelayanan di Laut Mediterania selama dua tahun, HMS Erebus dipasang kembali sebagai kapal penjelajah ke Antartika. Tanggal 21 November 1840, dengan James Clark Ross sebagai kapten, kapal ini berangkat dari Tasmania ke Antartika bersama dengan HMS Terror, jenis kapal yang sama seperti Erebus.
Ekspedisi Ross
Januari 1841, para awak kapal mendarat di Victoria Land, kemudian menamai area-area lanskap berdasarkan nama politisi, ilmuwan, dan kenalan orang Inggris. Gunung Erebus, di Pulau Ross, dinamai atas nama kapal Erebus sendiri.
Mereka menemukan Ross Ice Shelf, bongkahan es yang tak bisa ditembus. Mereka pun mengikutinya ke arah timur sampai keterlambatan musim memaksa mereka kembali ke Tasmania. Musim berikutnya, tahun 1842, Ross melanjutkan survei "Penghalang Es yang Besar" itu dan terus mengarah ke timur.
Dua kapal ini kembali ke Kepulauan Falkland sebelum kembali ke Antartika pada musim 1842-1843. Keduanya melakukan penelitian terhadap magnesium dan kembali dengan data oseanografis dan koleksi botani, juga spesimen ornitologi (segala yang berhubungan dengan burung). Burung-burung yang dikoleksi dari ekspedisi pertama dijelaskan dan diilustrasikan oleh George Robert Gray dan Richard Bowdler Sharpe dalam The Zoology of the Voyage of HMS Erebus & HMS Terror.
Ekspedisi Franklin
Pelayaran berikutnya mengarah ke Arktik, dibawah pimpinan Sir John Franklin. Kedua kapal, Erebus dan Terror, dipasang kembali dengan mesin uap yang dikonversi dari mesin lokomotif kereta api serta memiliki penyepuh dari besi yang ditambahkan dalam lambung kapal.
Sir John Franklin berlayar dengan Erebus untuk keseluruhan pemanduan ekspedisi, dan Terror berada dalam komando Francis Crozier. Ekspedisi ini dilakukan untuk mengumpulkan data magnetis dalam Arktik Kanada dan untuk melengkapi penyeberangan Northwest Passage, yang telah dipetakan dari timur dan barat, tetapi tidak pernah sepenuhnya berlayar.
Nasib Erebus dan Terror
Usaha yang begitu besar dikerahkan di Arktik untuk mencari kedua kapal sejak penampakan terakhirnya memasuki Baffin Bay pada Agustus 1845. Petunjuk nasib kedua kapal dalam ekspedisi Franklin pertama ditemukan dari artefak dan testimoni dari Inuit lokal tahun 1853, yang dikoleksi oleh Dr. John Rae, Hudson\'s Bay, dan kemudian dikonfirmasi oleh sebuah ekspedisi pada 1866.
Kedua kapal tersebut ternyata telah ditinggalkan oleh awak-awaknya dan menyatu bersama es. Total awak kapal berjumlah 130 orang, semuanya meninggal karena berbagai penyebab seperti hipotermia, kudis, dan kelaparan.
Upaya menemukan mereka
Berbagai ekspedisi dilakukan hingga akhir tahun 1980an, bahkan mengautopsi awak-awak kapal, dan hasilnya menunjukkan bahwa makanan kaleng yang ada di kapal mungkin telah tercemar oleh timbal dan botulisme. Kabar lokal dari mulut ke mulut suku Inuit, beberapa awak kapal berubah kanibal, dan laporan tersebut didukung dengan bukti forensik adanya jejak potongan dari sisa-sisa tubuh mereka yang ditemukan di King William Island di akhir abad ke-20.
Renovation, kapal transportasi Inggris, melihat dua kapal di atas bongkahan es di luar pesisir Newfoundland pada April 1851. Namun pada saat itu identitas kedua kapal tersebut belum dapat dipastikan. Sempat ditebak keduanya adalah Erebus dan Terror, namun kedua kapal tersebut terlihat lebih mirip kapal penangkap ikan paus yang telah ditinggalkan.
15 Agustus 2008, Parks Canada, agensi Pemerintah Kanada mengumumkan pencarian selama enam minggu dengan dana CDN$75.000, mengutus penghancur es CCGS Sir Wilfrid Laurier dengan tujuan menemukan Erebus dan Terror dan juga membantu klaim Kanada mengenai kedaulatan atas sebagian besar Arktik.
Pengumuman mengenai kapal karam dari salah satu ekspedisi Franklin ditemukan pada 7 September menggunakan kendaraan bawah air yang dioperasikan dari jarak jauh yang baru saja diakuisisi oleh Taman Kanada. Hingga sekarang belum diketahui kapal yang mana yang ditemukan tetapi sisa-sisa kapal tersebut ditetapkan sebagai Situs Bersejarah Nasional Kanada.
"Saya pikir ini akan terbukti menjadi salah satu penemuan arkeologi maritim terbesar di waktu kita," kata Delgado, yang menulis buku Across the Top of the World: The Quest for the Northwest Passage.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR