Ada banyak ragam metode menangkap dan mencari ikan di Tanah Air tentunya, termasuk di Bengkulu, dikenal dengan "lumpat" sebuah kearifan lokal masyarakat setempat. Lumpat merupakan sebuah alat jebakan ikan tradisional warga Bengkulu, terbuat dari susunan bambu yang dibelah dan kayu berukuran besar.
Lumpat umumnya diletakkan tepat di tengah sungai. Dalam bahasa setempat lumpat artinya melompat, karena ikan yang terjebak di alat tersebut akan melompat karena berusaha menyelamatkan diri, karena itu alat itu dikenal dengan lumpat.
Kompas Travel beberapa waktu lalu sempat mengunjungi salah seorang warga Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, tepatnya di kawasan Lusang Mining tak jauh dari desa terdapat satu rumah milik Tahuludin. Rumah tersebut berdiri sendiri di kawasan itu, terdapat beberapa kolam berukuran besar, kandang sapi, kambing dan ayam, menghiasi rumah kecil namun berlantai dua tersebut, sungguh nyaman dan alami pemandangannya.
Di belakang rumah inilah terdapat satu sungai dinamai warga Sungai Lusang. Nah, di sungai inilah Kompas Travel menemukan jebakan ikan yang unik tersebut atau dinamakan lumpat itu. Lumpat, menurut Tahuludin, warga setempat, dibuat selama dua minggu tersusun dari bambu dan kayu. Panjang lumpat sekitar 10 meter dengan lebar satu meter, berbentuk kotak. Lalu lumpat yang telah dirangkai seperti kotak itu diletakkan ke tengah sungai.
"Jadi posisinya seperti menungging, satu ujung lumpat tenggelam ke dasar sungai yang satu lagi meninggi, tujuannya agar ikan yang terjebak bisa kita ambil," kata Tahuludin.
Setelah lumpat diletakkan maka diikatlah pada beberapa bagian lumpat dengan kawat agar tak hanyut diterjang arus sungai yang kadang deras. "Agak rumit memang membuatnya tapi kalau sudah biasa mudah," lanjutnya.
Setelah bagian lumpat dipastikan terikat dengan kuat maka jangan lupa ujung lumpat yang menungging tersebut diberi tiang kayu kokoh. Setelah lumpat terpasang kokoh tak hanyut diterjang arus sungai saat pasang maka barulah di mulut lumpat atau bagian yang terendam dibuat alur dari batuan sungai tujuannya agar arah air sungai semua masuk ke mulut lumpat maka dari sinilah ikan-ikan akan terjebak.
Ikan yang terjebak menggelepar tak dapat keluar karena dorongan arus akan kuat di mulut lumpat, ikan akan terdorong ke bagian lumpat yang tinggi karena saat posisi lumpat meninggi maka air akan secara otomatis keluar dari sela belahan bambu yang disusun sedemikian rupa itu.
Benar saja ikan mulai terjebak. Kompas Travel sempat mendapatkan seekor ikan putih —dikenal oleh warga setempat ikan semah— berukuran hampir satu kilogram. "Ini asli ikan segar dari sungai yang masih asri," jelas Tahuludin.
Dalam satu hari dia bisa menghasilkan puluhan kilogram ikan segar dan itu dijual atau dikonsumsi sendiri. Ikan semah tersebut cukup mahal di pasaran mengingat harganya mencapai Rp 125.000 per kilogram.
Angin semilir terus berembus menemani kami bercerita dengan Tahuludin di pinggir sungai sambil menunggu ikan yang terjebak ke dalam lumpat. Hamparan pohon tinggi tampak dari kejauhan maklum kawasan tersebut berada di perbatasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR