Pengeboran dan ekskavasi di situs megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang dimulai pada Minggu (14/9) masih berlangsung. Kerja tim peneliti dibantu anggota TNI Angkatan Darat. Dalam penggalian itu, tim menemukan lempeng logam, antara lain berupa koin.
Komandan Kodim 0608 Cianjur Letnan Kolonel Moch Andi Prihantono mengatakan, pihaknya menurunkan sekitar 150 personel.
”Kami menggali sesuai permintaan tim peneliti. Mereka yang menentukan titik penggalian. Mereka juga mengawasi. Tidak mungkin kami berinisiatif menggali sendiri,” kata Andi, Selasa (16/9).
Pengeboran itu akan berlangsung hingga 30 September. Sejauh ini, peneliti menemukan beberapa artefak, seperti logam menyerupai koin, kujang, dan tembikar. Lempeng logam menyerupai koin ditemukan di kedalaman 11 meter dari permukaan tanah.
Wakil Ketua Tim Nasional Peneliti Gunung Padang Ali Akbar mengatakan, koin itu ditemukan pada Senin. ”Koin itu terdorong oleh air dan pasir di rongga di samping mata bor. Di permukaan, kami memasang saringan,” ujar Akbar.
Koin itu berdiameter 17 milimeter dengan ketebalan 1,5 milimeter. Setelah diteliti, koin itu memiliki motif di salah satu sisinya. Pada bagian dalam lingkaran koin, terdapat motif garis melintang dan membujur mengelilingi koin. Ada rangkaian lingkaran mengelilingi koin.
Usia koin belum dapat dipastikan. Akbar hanya menyebutkan, masa penghunian situs itu terbentang antara tahun 5.200 sebelum Masehi dan tahun 500 Masehi. Pada periode itu, terbuka kemungkinan penghuni di situs itu telah mengenal teknik pengolahan logam.
Selama ini, peneliti meyakini orang di wilayah Nusantara mengenal teknik pengolahan logam dari daerah Dong Son di Vietnam. ”Terbuka kemungkinan penghuni di situs ini mengenal teknik olah logam lebih dulu daripada Dong Son. Ini membalikkan hal yang selama ini dipercaya,” ungkap Akbar.
Ketua belum tahu
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harry Widianto mengatakan, saat ini, Tim Nasional Peneliti Gunung Padang belum mulai bekerja. ”Secara formal, timnas belum jalan karena dananya belum cair. Saya belum mengetahui aktivitas di sana sebelum membaca berita-berita. Jadi, biar kami lihat dulu persoalannya,” tutur Harry, yang ditunjuk sebagai Ketua Tim Nasional Peneliti Gunung Padang.
Terkait bantuan TNI, arkeolog Djulianto Susantio mengatakan, siapa pun dapat membantu ekskavasi asal prosesnya benar. ”Kalau itu, prosesnya yang salah, masak kayak gali kuburan. Harusnya dibuat kotak galian, dikupas dikit-dikit dengan cetok, digambar, dan difoto,” ujarnya.
Pendokumentasian dalam arkeologi penting. Ekskavasi bersifat perusakan. Tanah yang digali tak bisa kembali seperti semula.
Ketua Ikatan Asosiasi Arkeolog Indonesia Junus Satrio Atmodjo berpendapat, penggalian masif Situs Gunung Padang dengan cangkul, sekop, dan linggis tidak memenuhi etika arkeologi. Penggalian di bagian lereng yang curam juga membahayakan karena tidak menggunakan sistem penggalian terasering.
Dia juga menyesalkan pengeboran di teras lima yang merupakan bagian paling suci di situs itu. Apalagi, pengeboran yang dilakukan secara tertutup.
Terkait penemuan koin logam, Junus menilai hal itu tidak wajar karena di lingkungan prasejarah, seperti Gunung Padang, tak pernah ditemukan koin. ”Koin perunggu baru mulai diciptakan 1.000-1.200 tahun lalu, sedangkan Gunung Padang berusia sekitar 4.000 tahun lalu berdasarkan dating. Itu dua zaman berbeda,” paparnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menegaskan, bantuan anggota TNI dalam proses ekskavasi hanya bersifat fisik dan diawasi tim peneliti. ”Tidak boleh sembarangan bongkar-bongkar. Jangan dikesankan tentara merusak situs,” ujarnya. Menurut rencana, Situs Gunung Padang akan dideklarasikan sebagai warisan budaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada awal atau pertengahan Oktober 2014.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR