"Mari, kita toast. Untuk National Geographic Magazine dan para mitranya!" Suara perempuan itu memecah perbincangan kami—yang duduk mengelilingi meja panjang.
Ajakan itu tentu saja bersambut baik.
Kami segera membalasnya. Ada yang mengangkat gelas yang berisikan anggur merah, ada pula yang mengangsurkan botol minuman beralkohol di bawah sepuluh persen.
"Demi National Geographic!" Setelah toast, kami kembali sibuk dengan obrolan semula. Posisi duduk yang mengelilingi meja membuat kami tidak bisa bercakap-cakap dengan lawan bicara yang terpisah dua rekan di sebelah. Apalagi, yang berada di ujung meja. Tidak mungkin kan, bicara dengan suara seperti menelan pengeras suara. Ini bukanlah warung makan kasual. Kami berada di dalam restoran fine dining—The Hamilton, yang berada di salah satu sudut jalan 14th Street di Washington, DC, Amerika Serikat.
Walau terpisah oleh beragam topik pembicaraan, obrolan kami terasa hangat. Kami datang dari berbagai latar belakang budaya dan negara—meski juga tidak bisa disebut mewakili seluruh dunia. Tetapi, setidaknya, kumpulan ini berusaha menggali cerita dari setiap kolega yang baru dijumpainya.
!break!Rekan-rekan dari Rusia begitu bersemangat dengan cerita berbau politik soal perpisahan Crimea dari Ukraina (Baca juga Siapakah Orang Tatar? dan Tatar Krimea Pertimbangkan Gelar Referendum).
Sementara, rekan dari wilayah Skandinavia (Denmark, Swedia, Norwegia, dan Finlandia) tak kalah antusias dengan berbagai petualangan yang menarik dilakukan di sana.
Selebihnya, saya tidak begitu memerhatikan perbincangan rekan dari Latvia, Jerman, dan Amerika Latin.
Terlepas dari topik yang begitu luas, pengikat kami dalam persamuhan malam itu adalah Susan Goldberg—perempuan dengan suara lantang yang mengajak kami toast.
Dia pula yang mengajak kami—para perwakilan pengelola redaksi majalah National Geographic yang terbit dalam berbagai bahasa lokal—makan malam di restoran ini.
Lha, siapa dia ya?
!break!Kalau Anda memerhatikan majalah kesayangan kita, National Geographic Indonesia, Susan telah diperkenalkan sebagai Pemimpin Redaksi yang kesepuluh sejak Majalah National Geographic terbit pada 1888.
Sejak April 2014, Susan secara resmi menduduki jabatan bergengsi itu. Ia juga sekaligus menjadi perempuan pertama yang tercatat memegang pekerjaan tadi. Ibu satu anak ini menggantikan Editor-in-Chief sebelumnya, Chris Johns—yang mendapatkan promosi jabatan sebagai Chief Content Officer.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR