Infeksi pernapasan
Tak mengherankan, penderita ISPA di Palembang bertambah. Selama September ada 4.839 pasien ISPA di 39 puskesmas di Palembang, naik lebih dari 50 persen dibandingkan Agustus. Data Dinas Kesehatan Sumsel, terjadi peningkatan kasus ISPA di beberapa daerah di Sumsel, yakni Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten Banyuasin, dan Kabupaten Musi Banyuasin.
Di Banyuasin, jumlah pasien ISPA bulan Agustus 5.259 orang, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang berjumlah 4.760 orang. Di OKI, kasus ISPA juga meningkat dari 2.800 orang pada Juli menjadi 3.229 orang pada bulan Agustus.
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesti Nurainy mengatakan, paparan asap meningkatkan potensi seseorang mengalami infeksi di saluran pernapasan. "ISPA disebabkan bakteri. Paparan asap mempercepat infeksi bagi orang-orang yang sudah sakit," ungkapnya.
Efek akut
Ketua Divisi Penyakit Paru akibat Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Agus Dwi Susanto menyampaikan, pada kabut asap ada dua hal yang membahayakan pernapasan: gas dan partikel.
Gas yang terkandung dalam asap hasil pembakaran lahan bisa mengandung karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen (N), dan sulfur dioksida (SO2).
Gas mudah masuk saluran pernapasan dibandingkan partikel. Peluang masuknya partikel ke saluran pernapasan bergantung ukuran. Partikel di bawah 10 mikron akan mudah masuk dalam saluran pernapasan.
Menurut Agus, kabut asap yang sering kali menyelimuti Sumatera dan Kalimantan akan berdampak akut pada kesehatan. Asap dari pembakaran bersifat iritatif pada membran mata, hidung, saluran pernapasan, hingga paru.
"Efek akut asap ialah iritasi mukosa, mata berair, bersin-bersin, hidung berair, sakit tenggorokan, dahak berlebih, bisa juga sesak napas. Sesak napas itu disebabkan penyempitan saluran pernapasan," ujar Agus. Bagi mereka dengan penyakit pernapasan, paparan asap yang sering akan menyebabkan komplikasi.
Sesak napas yang dirasakan juga makin berat pada penderita penyakit paru obstruktif kronik. Jika paparan asap terjadi dalam waktu lama, hal itu menyebabkan peradangan dan penurunan fungsi paru. Bahkan, jika terjadi tahunan, hal itu dapat menyebabkan penyakit paru.
Sebenarnya, ujar Agus, tubuh punya mekanisme sendiri untuk mengeluarkan partikel dari dalam tubuh, misalnya melalui batuk dan dahak. Akan tetapi, jika jumlah partikel yang masuk tubuh terlalu banyak, tubuh akan kesulitan menghadapinya.
Sementara itu, gas dari asap, contohnya karbon monoksida, tidak bersifat iritatif. Meski demikian, gas akan mudah masuk ke dalam darah dan mengikat hemoglobin sehingga suplai oksigen dalam darah berkurang. Seseorang yang mengalami hal itu bisa mati mendadak.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR