Darpius kemudian mengutarakan kekecewaannya. Ia menilai pengelola saat ini sudah merasa pulau itu miliknya, bukan disewakan.
"Kalau dengan Mister Nani (pengelola sebelumnya) tidak, tapi pengelola sekarang merasa ini milik dia. Pemerintah harus bersikap," kata dia.
Wakapolda pun diusir
Darpius menilai, ulah bule pengelola itu yang berani mengusir masyarakat dan wisatawan lokal ialah karena ia punya beking. Ia pun bercerita sebelumnya ada juga pejabat tinggi yang diusir oleh pengelola.
"Dia lakukan ini juga pernah ke Wakapolda, pernah diusir. Petinggi di sini juga pernah diusir," kata Darpius.
Meski kesal dengan pengelola, Darpius sadar kesalahan bukan hanya ada di pihak pengelola semata. Ia menilai ada pembiaran dari masyarakat yang membuat pengelola menjadi arogan.
"Dia juga tidak bisa kita salahkan. Masyarakat bisa juga disalahkan karena melakukan pembiaran. Dia harusnya tahu ini milik negara, bukan pribadi. Jangan biarkan tamu-tamu lain komplain lalu image di sini jadi tidak baik," papar Darpius.
Tidak untuk dijual
Masyarakat setempat mengingatkan, status pulau tersebut adalah hak ulayat masyarakat adat, tidak bisa diperjualbelikan. Tanah dan pulau tersebut hanya diperbolehkan disewa untuk dipergunakan. Itu pun ada beberapa persyaratannya selama tidak melanggar adat setempat.
Meski begitu, ada alasan mengapa bule di kawasan Pulau Cubadak mengusir warga. Pengakuan seorang penjaga pulau mengutarakan alasannya.
"Istilahnya orang awam yang datang melihat orang bule berjemur itu kaget, matanya sampai melotot, kan orang sini tidak biasa melihatnya. Gara-gara itu tidak bisa masuk lagi," kata seorang penjaga pulau.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR