Tak banyak orang yang mampu menguasai lebih dari 3 bahasa secara fasih dan baik. Salah satu remaja yang mampu melakukannya adalah almarhumah Gayatri Wailissa (17), remaja asal ambon.
Gayatri diberitakan memiliki kecerdasan linguistik. Gadis belia ini menguasai berbagai bahasa, mulai dari bahasa Inggris, Perancis, Rusia, Arab, hingga Mandarin. Uniknya, kemampuannya itu tidak didapatkan melalui kursus, melainkan dengan mendengar lagu dan menonton film asing.
"Saya tidak punya biaya. Keluarga saya sederhana. Saya hanya suka nonton film kartun dan dengar lagu bahasa asing. Rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana mengucapkannya. Dari buku, saya pelajari tata bahasanya. Dari film dan lagu, saya pelajari pengucapannya, dan dari kamus, saya hafalin kosakatanya. Begitulah cara saya mempelajari bahasa asing," Gayatri bertutur di Kantor AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Ambon, Juni 2013 silam.
Struktur otak
Andreas Harry, dokter spesialis saraf, menyebut Gayatri sebagai anak yang jenius. "Kemampuan bahasanya sempurna, bukan hanya grammar [tata bahasa], tapi juga logat dan pengucapannya sama persis," katanya kepada Kompas.com, Senin (27/10).
Andreas menjelaskan, kecerdasan yang dimiliki Gayatri tersebut karena ia memiliki otak kiri yang lebih besar dari pada otak kanan. "Ini mirip dengan Einstein yang otak kirinya lebih besar satu sentimeter dari otak kanan, sementara pada orang normal otak kanannya lebih besar," ujarnya.
Dengan struktur otak seperti itu, menurut Andreas, tak mengherankan jika dengan hanya mendengar lagu atau orang berbicara bahasa asing Gayatri sudah bisa menangkap dan menirukannya.
"Ada pemusik yang hebat sekali baru mendengar satu lagu berbahasa Indonesia tapi langsung mampu mengubah nada dan iramanya menjadi lagu berbahasa lain," katanya.
Otak terdiri dari banyak stuktur yang memiliki fungsi spesifik. Otak besar dibagi menjadi belahan (hemisfer) kiri dan kanan. "Pusat linguistik selalu ada di kiri. Suara dan bunyi yang didengar akan diterima oleh bagian temporalis lalu diolah di bagian frontal dan diucapkan oleh mulut," katanya.
Namun, menurut Andreas, otak juga harus proporsional, sehingga jika ada satu bagian yang ukurannya lebih besar maka bagian lain akan lebih kecil.
"Kalau bagian parietalisnya besar, tentu bagian lainnya akan lebih kecil," papar dokter dari RS.Gading Pluit Jakarta ini.
Hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan dalam bidang lainnya. "Kalau ia punya kecerdasan tinggi dalam bidang bahasa, biasanya tidak ahli dalam fisika atau matematika karena faktor bagian otak lainnya yang lebih kecil tadi," katanya.
Anak-anak yang punya kecerdasan verbal-linguistik seperti Gayatri, biasanya bukan hanya mampu menguasai beberapa bahasa tapi juga punya kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi, pidato, atau tulisan.
"Kecerdasan itu ada bermacam-macam, sayangnya sistem pendidikan kita menyebut seorang anak cerdas kalau semua nilainya 10," kata Andreas.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR