Sebuah pulau kecil di Laut Tiongkok Selatan baru saja terpilih sebagai salah satu finalis penghargaan prestisius The National Geographic World Legacy Awards-Earth Changers.
Nikoi, pulau tropis yang berada di dekat pesisir timur Bintan, Indonesia dengan luas sekitar 42 ekar.
Jaraknya hanya sekitar 85 kilometer dari Singapura. Perjalanan dengan kapal cepat dan feri dapat mencapai pulau dalam lebih kurang tiga jam.
Dua pertiga dari pulau cantik ini merupakan hutan banyan, rumah untuk beraneka ragam spesies burung, dan pantai pasir putihnya adalah tempat peteluran penyu.
Nama \'nikoi\' adalah variasi untuk menyebut buah pepaya dalam bahasa Hokkien. Sebab pepaya adalah buah asli yang tumbuh di pulau itu.
Resor bernama Nikoi Island dibuka sejak 2007, pada 2010 resor butik tersebut berkembang memiliki lima belas vila tepi pantai yang ditawarkan pada turis.
Tempat yang damai ini akan menjadi pilihan tepat untuk yang ingin bersantai dan menikmati pulau nan indah, ditambah udara bersih, hingga tentunya santapan seafood lezat.
Sepintas Nikoi memang tidak banyak berbeda dari pulau resor biasanya. Namun diam-diam, resor Nikoi Island telah dengan saksama menerapkan standar sesuai panduan internasional dalam pariwisata berkelanjutan.
Nikoi Island mengoperasikan kurang dari seperempat konsumsi energi. Bahan makanan hampir seluruhnya merupakan lokal, dengan tujuan mengurangi jejak karbon. Selain itu, Nikoi juga memaksimalkan desain ramah lingkungan, yaitu dengan ventilasi alam, penggunaan kayu apung sebagai material konstruksi, dan beratap alang-alang.
Tak mengejutkan, Nikoi Island menyabet penghargaan-penghargaan; yang di antaranya Treehugger – Best Resort Award 2013 (2012), Condé Nast – World\'s Best Private Island Resorts (2013), dan Travel + Leisure – Global Vision Award Sustainability (2013).
Di resor "hijau" ini pun diimplementasikan praktik-praktik mengindahkan lingkungan dan support edukasi ekowisata bagi masyarakat lokal.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR