Dari sisi keterampilan, tenaga konservasi muda justru kalah dengan yang tua.
”Yang kami sayangkan, proses transfer pengetahuan dari mereka ke generasi konservator muda terlambat.
Memang, dari sisi pengetahuan, para mantan tenaga pemugaran Borobudur hanya lulusan SMA dan konservator muda di BPCB sekarang lulusan S-1. Namun, dari sisi keterampilan, tenaga-tenaga konservasi muda justru kalah dengan yang tua. Sebab, para konservator tua dulu dididik langsung oleh para ahli dari luar negeri,” ungkap Tri Hartono.
Tahun 2014 ini diperingati sebagai 200 tahun ditemukannya kembali Borobudur oleh Raffles. Akan tetapi, pemaknaan religiositas dari stupa ke stupa sebagai laku pencarian kebenaran dan pencerahan meluntur.
”Itu yang ingin disampaikan melalui sketsa-sketsa saya tentang Borobudur. Religiositas makin terimpit materialisme yang membuat manusia tidak melihat laku pencarian terang dan pencerahan,” papar pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Mudji Sutrisno, Minggu.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR