Chulu West (6.419mdpl) sebelum 1985, tidak dikenal pendaki Indonesia. Kini, sudah berkali-kali disambangi pendaki Indonesia.
Terakhir, Oktober 2014, tim Fit@Fifty mundur teratur karena derasnya hujan salju. Ternyata, itu bukan pengalaman pertama pendaki Indonesia dipecundangi Chulu West.
Ekspedisi pertama pendaki Indonesia ke Himalaya Oktober 1985, memilih Chulu West jadi sasarannya. Tim Mapala Universitas Indonesia (UI) awalnya memilih ImjaTse (Island Peak – (6.189 mdpl). Diprakarsai oleh Nico Waworuntu dan Kunto Koesniohadi.
Tim diketuai almarhum Didiek Samsu yang gugur mendaki Aconcagua (21 Maret 1992). Beranggotakan delapan pendaki, termasuk satu perempuan Dara Darmata Hakim. Tim ini berhasil mendirikan highcamp diatas tebing lereng punggung barat pada ketinggian 5200 meter. Dua pendaki Rafiq Pontoh dan Abdul Azis dipiiih melakukan attack summit. Mereka gagal.
Tim pertama Indonesia ini memang minim pengalaman. Di antara anggota yang pernah mendaki selain gunung di Jawa adalah Rafiq Pontoh ketika itu sudah menjelang 50tahun, Hendiarto anggota tim rute baru dinding selatan Carstensz Pyramid (4.884 mdpl).
Kegagalan ini dianggapan “partai tunda” oleh Nico dan Kunto. Mereka pun membuat pendakian ke ImjaTse dua tahun kemudian dan berhasil menempatkan Dara Darmata Hakim di puncak. Kemudian April 1990, “partai revanche” dilakukan kembali oleh Nico dan Kunto ke Chulu West. Kali ini berhasil.
Nico dan Kunto pun berhasil membuktikan bahwa mereka bisa melatih pendaki pemula perempuan untuk mencapai puncak Himalaya. (Baca juga Di Pusaran Siklon Tropik Hudhud)
Di antara anggota tim Putri Himalaya, demikian kumpulan mereka dijuluki, ada Clara Sumarwati yang pada tahun 1996 tercatat oleh Chinese Tibet Mountaineering Association berhasil mencapai Everest dari sisi utara. Chulu West adalah pendakian gunung pertama Clara yang sebelumnya berkiprah sebagai resimen mahasiswa Universitas Atmajaya.
Dinding kaca pondokan gunung selalu jadi korban promosi. Banyak pelancong menempelkan sticker termasuk di YakKharka(4.000 mdpl) satu dari dua pondokan terdekat Basecamp ChuluWest.
!break!Ketika tim Fit@Fifty jeda makan siang di Thorong La Restaurant, terlihat di kaca sticker perusahaan kopi Indonesia yang mensponsori pendaki Borneo. Pendakian tahun 2013 itu berhasil mencapai puncak Chulu East (6.584 mdpl) tepat pada 17 Agustus. Ini diketahui tim Fit@Fifty ketika ramah tamah dengan pegawai konsuler Indonesia di Kathmandu.
Ketika kembali tiba di Jakarta, Rafiq Pontoh sempat menghubungi anggota tim Fit@Fifty. Ia membagi cerita tentang pengalamannya 29 tahun lalu.
“Kita juga ngalamin cuaca buruk waktu itu,” ujarnya melalui telepon. Rafiq yang kini sedang pemulihan akibat stroke menjelaskan bahwa ia sempat meminta disediakan snowshoes. Ini perlengkapan melewati medan salju tebal dulu terbuat dari rotan berbentuk lebar mirip pemukul kasur kala dijemur. “Gue diketawain waktu itu,” ujarnya sambil tertawa juga dan mengumpat.
Namun, ketika salju tebal, dan tim memutuskan untuk terus ke Thorong La dan menuju ke Pokhara melalui lembah Kali Gandaki, permintaannya itu jadi masuk akal. Kala itu pun salju tebal menyelimuti setapak ke ketinggian 5.416meter. “Tapi waktu udah turun ke Mukthinat jalannya terbuka,” lanjutnya.
Sama-sama dihantam cuaca musim dingin. Bedanya, tim tahun 1985 terkena ketika November jelang musim pendakian paska-muson sudah tutup dan winter menjelang. Tim 1985 sempat memperpanjang pendakian dengan membeli tabung gas di Manang. Tim Fit@Fifty dikejutkan cuaca ekstrem ciri pemanasan global pada pertengahan Oktober ketika selama 19 tahun cuacanya tidak mendadak badai.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR