Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, menuju ke Wina untuk mendorong tercapainya kesepakatan nuklir Iran menjelang batas waktu akhir, pada Senin ini, 24 November 2014.
Kerry singgah di Paris dalam perjalanan ke Wina dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius.
Kesepakatan nuklir Iran ditujukan untuk membatasi kemampuan nuklir Iran agar tidak membuat senjata nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi.
Namun sumber-sumber diplomat yang dikutip kantor berita Reuters mengatakan, perundingan kemungkinan diperpanjang karena beberapa masalah yang rumit, seperti pembatasan dalam pengayaan uranium Iran dan seberapa cepat sanksi atas Iran akan dicabut.
Sekjen PBB, Ban Ki-moon sudah mendesak agar semua pihak memperlihatkan fleksibilitas dalam upaya memecahkan masalah nuklir Iran selama 12 tahun belakangan.
Sementara itu dalam perkembangan lain, Badan Pengawas Nuklir PBB, IAEA, menuduh Iran gagal menangani keraguan atas pembangunan nuklirnya.
Dalam pernyataan Kamis, 20 November, Kepala IAEA, Yukiya Amano, mengatakan Iran tidak "memberikan penjelasan yang memungkinkan IAEA memastikan langkah-langkah praktis saat ini."
Dia juga mendesak Iran agar meningkatkan kerja sama dengan IAEA dan memberikan akses untuk semua informasi yang relevan, dokumen, lokasi, materi, dan personel.
Iran sebelumnya berjanji kepada IAEA untuk memberikan tanggapan pada akhir bulan Agustus karena dugaan menyangkut uji coba bahan peledak yang mungkin terkait dengan program nuklir.
Badan Pengawas Nuklir PBB tuduh Iran gagal menangani keraguan atas pembangunan nuklirnya.
Namun IAEA mengatakan masih belum mendapatkan jawabannya. Kesepakatan yang diupayakan lewat perundingan enam pihak—yang antara lain mencakup Amerika Serikat, Rusia, dan Uni Eropa— tidak berkaitan dengan penyelidikan IAEA.
Pemerintah Teheran berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya tidak berkaitan dengan militer, dan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan energi dan medis.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR