Kemudian putri Gayatri yang bernama Tribhuanna Wijayatungga Dewi naik takhta sebagai raja ketiga dan Gajah Mada diangkat sebagai patih di salah satu daerah Majapahit. Sementara upacara penobatan keduanya berlangsung, Gayatri memilih mengabdikan dirinya sebagai biksuni.
Mang Hasan menerjemahkan Sumpah Palapa yang diikrarkan pemeran Gajah Mada tadi.
“Kalau sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat. Kalau kalah Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, ketika itulah saya akan beristirahat,” kata Mang Hasan menerjemahkan makna Sumpah Palapa.
“Tidak ada hubungannya dengan buah palapa,” ungkap Mang Hasan. “Pala itu dalam arti harafiahnya adalah buah, namun di sini artinya kenikmatan atau mengemban tugas.” Amukti palapa dalam konteks ini merujuk beristirahat atau pensiun, demikian ujarnya, yang artinya Gajah Mada tidak akan menjabat lagi atau dengan kata lain berhenti berbakti kalau kerajaan-kerajaan itu sudah dikalahkan oleh Majapahit. “Amukti artinya berhenti melaksanakan kewajiban!”
“Sumpah yang diikrarkan Gajah Mada itu tidak terbukti, kecuali Bali dan Dompo,” ungkap Mang Hasan. “Itu baru keinginan Gajah Mada, bukan bukti penaklukkan. Sumpah Palapa merupakan pernyataan politiknya ketika dia dilantik oleh Tribhuana sebagai Patih Majapahit.”
“Majapahit bukan kerajaan maritim, namun kerajaan agraris semikomersial.”
Dia mengatakan bahwa kerajaan-kerajaan lain di Nusantara bukan merupakan negeri taklukkan Majapahit, namun mitra yang bersama-sama mengadakan persekutuan yang saling menguntungkan. Majapahit akan membeli kebutuhan pokok dari pedagang asing kemudian menjual kepada kerajaan mitranya. Sebaliknya, demikian papar Mang Hasan, Majapahit membeli sumber daya kerajaan mitranya kemudian menjualnya kepada pedagang asing. “Ini adalah hubungan bilateral. Sunda yang satu pulau pun tidak pernah dijajah Majapahit!”
Akhir-akhir ini kerajaan adikuasa pada masa akhir klasik Nusantara itu kerap digadang-gadang sebagai legenda kerajaan maritim. Namun, Mang Hasan punya tafsiran lain tentang kerajaan tersebut. Dia mengutip pernyataan Profesor Sartono Kartodiredjo, “Majapahit bukan kerajaan maritim, namun kerajaan agraris semikomersial."
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR