Nationalgeographic.co.id—Memori kolektif tentang sejarah dan kisah fiktif yang mengitarinya dapat muncul dari babad atau serat. Penggambaran atau ilustrasinya, terkadang memberi tafsir tersendiri, seperti halnya dalam Serat Damar Wulan.
Naskah Serat Damar Wulan, yang ditulis dalam kertas berukuran 25,5 × 20 cm dan bertanggal dalam penanggalan Jawa Jumahat-Manis, 9 Rabingulawal, tetapi tidak disebutkan angka tahunnya.
Dikisahkan bahwa Letnan-Kolonel Raban mempresentasikannya ke Perpustakaan Kantor Hindia Belanda pada tahun 1815, sehingga naskah ini bisa jadi dibuat jauh sebelum tahun itu.
Dick van der Meij menulis kepada De Gruyter dalam jurnal berjudul "Sailing-Ships and Character Illustrations in Three Javanese Literary Poetic Manuscripts" (2021), menyebutkan bahwa kisah fiktif dalam naskah ini diperkirakan terjadi pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur, sekira tahun 1292 hingga awal abad ke-15.
Naskah Serat Damar Wulan ini merinci kisah tentang eksploitasi dan petualangan pahlawan legendaris bernama Damar Wulan, yang dalam cerita tersebut akan memerintah Majapahit dengan gelar Raja Brawijaya.
Berbeda dengan Serat Selarasa, Serat Damar Wulan dikatakan berasal dari Jawa Timur, bukan Jawa Barat dan merupakan teks yang sangat populer sejak Letkol Raban membawanya ke kantor pusat Hindia Belanda di Batavia.
Di dalam serat, digambarkan beberapa ilustrasi menarik yang kaya dengan tafsir. Seperti halnya satu kapal yang membawa dua tokoh cerita, Wandan dan Anggris, yang datang untuk melamar perawan ratu (Prabu Kenya) Majapahit, tetapi ditolak.
Sepotong informasi singkat ini memunculkan dua ilustrasi rinci tentang kapal-kapal tersebut. Dalam ilustrasi pertama, kapal disambut oleh kapal kecil pribumi yang digambarkan secara kerdil dan dikerdilkan oleh kapal besar Belanda yang dituju.
Kapal besar telah berlabuh dan layarnya diikat, sementara angin kencang bertiup terlihat dari bendera dan panji-panji yang berkibar dan layar perahu kecil yang menyambut kapal.
Dalam ilustrasi kedua, selain kapal Belanda kedua, sebuah perahu dayung kecil sedang menuju pantai. Kapal-kapal besar dalam dua ilustrasi ini bukan berasal dari Jawa dan ilustrasinya jelas terinspirasi dari kapal-kapal Eropa.
Baca Juga: Cerita Panji di Wayang Krucil dan Falsafah Jawa yang Lestari
Source | : | De Gruyter Publisher |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR