Usia situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah, ternyata lebih tua dari yang diduga sebelumnya.
Arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta yang memimpin proyek penggalian situs Liyangan, Sugeng Riyanto mengatakan, bukti usia tua situs Liyangan adalah temuan bambu kuno.
Sampel bambu telah dikirim ke Batan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Analisis karbon mengungkap bahwa bambu tersebut berasal dari abad ke-6.
"Jadi sebelum ada Borobudur (abad ke-7), Liyangan ini sudah ada," kata Sugeng saat ditemui di situs.
Menurut Sugeng, bambu yang ditemukan adalah bagian dari bangunan rumah warga desa Liyangan saat itu.
Rumah warga Liyangan diperkirakan berbentuk rumah panggung dengan tiang-tiang terbuat dari bambu. "Alasnya papan dan atapnya ijuk," ujarnya.
Manusia Liyangan juga telah mengenal pagar rumah. Diperkirakan, pagar juga terbuat dari bambu utuh untuk tiangnya serta bambu yang telah dibelah untuk palangnya.
Dengan temuan bambu itu, Sugeng mengatakan bahwa Liyangan dihuni dalam kurun waktu lama —selama 4 abad.
Peradaban Liyangan maju. Masyarakatnya mampu membuat candi dengan struktur yang kompleks, membuat gerabah, serta berinteraksi dengan dunia luar.
Kerangka dan kepingan gerabah
Lewat ekskavasi yang berlangsung sejak 17 November 2014 lalu itu pun tim arkeolog berhasil menemukan kerangka dan gerabah.
Temuan kerangka diangkat dari spit ekskavasi oleh Sugeng Riyanto pada Sabtu (22/11) untuk selanjutnya dibungkus dengan aluminum foil dan disimpan. Sugeng mengungkapkan, "Belum diketahui tulang apa. Kami menduganya tulang fauna."
Menurut Sugeng, fauna itu bukan merupakan korban letusan Sindoro yang diduga menjadi sebab keruntuhan Liyangan sekitar satu milenium lalu. Liyangan kemungkinan runtuh akibat letusan Sindoro sekitar abad ke-9 Masehi. Dusun itu ditinggalkan dan terpendam selama ribuan tahun sebelum ditemukan lagi tahun 2008.
Kemungkinan, tulang tersebut merupakan sisa konsumsi warga yang terkubur dan akhirnya membatu.
Selain kerangka hewan, Sugeng mengungkapkan bahwa timnya juga sudah pernah menemukan kerangka manusia.
Tetapi, kerangka itu juga bukan milik korban letusan Sindoro sebab ditemukan di lapisan budaya yang lebih tua. Kerangka itu milik manusia yang telah mati sebelum letusan.
Sugeng mengungkapkan, "Hingga saat ini belum ada kerangka milik korban letusan. Kemungkinan letusan itu tidak memakan korban."
Masyarakat Liyangan mungkin telah mengenal gejala alam dan pindah ke lain tempat sebelum letusan Sindoro terjadi. (Baca lagi: Kisah Pompeii di Lereng Sindoro)
Selain kerangka, pada penggalian kali ini, arkeolog juga menemukan banyak kepingan gerabah. Temuan gerabah telah dikumpulkan untuk selanjutnya diidentifikasi dan berusaha disatukan kembali.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR