Bagi pengunjung yang lebih senang bertualang bisa mendirikan tenda di sekitar pemondokan. Jangan khawatir kedinginan karena pengelola menyediakan lokasi khusus untuk membuat api unggun.!break!
Pulau besar
Dalam bahasa Lampung, balak artinya ’besar’. Pulau Balak lebih luas dibandingkan dengan pulau di sekitarnya. ”Jika dibandingkan dengan Pulau Runik dan Pulau Lok yang berada di sekitarnya, Pulau Balak adalah pulau yang baling besar,” ujar Supartono.
Supartono, yang biasa dikenal sebagai Mbah Balak, menuturkan, dirinya hanya bertugas menjaga dan memelihara penginapan yang ada di Pulau Balak. Pulau itu sesungguhnya dikelola seorang pengusaha yang tinggal di Jakarta.
Dulu, menurut Mbah Balak, pulau ini milik masyarakat. Ada puluhan keluarga menetap di sana. ”Tiba-tiba ada orang Jakarta membeli tanah warga. Sejak itu, orang-orang yang tadinya tinggal di sini pindah dan berpencar ke mana-mana,” ujar Mbah Balak yang mengaku selama delapan tahun menjaga Pulau Balak baru tiga kali bertemu sang pemilik pulau.
Selain digunakan untuk tempat istirahat bagi keluarganya, ”sang pemilik pulau” juga sempat membudidayakan ikan hiu di sekitar dermaga tempat kapal-kapal biasa bersandar. Namun, pada 2010, keramba rusak sehingga budidaya hiu pun gagal total.
Sehari-hari, Mbah Balak banyak menghabiskan waktunya dengan bercocok tanam dan mengawasi wilayah perairan di sekitar pulau. Ia memang mendapat izin dan diperintahkan untuk menjaga kelestarian Pulau Balak.
Salah satu musuh terbesar Mbah Balak ialah pencuri batang kelapa. Tak jarang ia menemukan pohon kelapa di pulau yang dijaga tiba-tiba ditebang. Pernah suatu ketika dirinya harus mengusir pencuri batang kelapa sambil mengacung-acungkan badik (senjata khas Lampung).
”Musuh lainnya pencuri ikan yang menggunakan bom ikan. Mereka biasanya beraksi subuh saat saya tidur. Siapa yang tidak kaget mendengar suara ledakan subuh-subuh. Kalau sudah seperti itu biasanya saya teriaki. Kalau masih tidak mau pergi terpaksa saya kejar menggunakan kapal,” kata Supartono sambil menunjuk kapal motor tempel yang sebagian catnya tampak mengelupas.
Beruntung masih ada Mbah Balak yang bersedia menjaga kelestarian pulau dengan upah Rp 1.650.000 per bulan. Bagi Anda yang berkesempatan mengunjungi Pulau Balak, temuilah Mbah Balak. Ia sangat ramah dan asyik diajak bercerita banyak.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR