Lantas, mengapa fruktosa berbahaya?
Dr Miriam Vos, ahli pencernaan, menjelaskan, "Fruktosa itu jenis gula yang dimetabolisme oleh hati. Jadi, saat kita mengasupnya dan diproses tubuh, gula ini akan tinggal dalam hati dan mulai memproduksi lemak darah berbahaya yang disebut trigliserida," paparnya.
Lain cerita dengan gula yang tidak mengandung fruktosa, seperti glukosa murni dan sirup jagung. Setelah diolah di hati, lalu dialirkan ke peredaran darah, entah tubuh kita memerlukannya sebagai energi atau tidak.
Mengonsumsi fruktosa dan juga menimbun trigliserida, efeknya adalah perlemakan hati dan resistensi insulin, kondisi di mana tubuh tidak cukup memproduksi insulin untuk memecah gula yang kita asup.
Resistensi insulin merupakan penyebab kegemukan dan juga diabetes. Studi-studi teranyar menunjukkan bahwa kondisi ini juga memicu penyakit jantung karena mengasup terlalu banyak gula akan menekan kolesterol baik (HDL).
Kaitan antara resistensi insulin dan pertumbuhan sel tumor juga terus dikaji, meski para ahli belum memiliki satu kesimpulan.
Sayangnya, olahraga tidak sepenuhnya bisa menghilangkan efek negatif gula pada tubuh. Meski dengan berolahraga kita bisa memperbaiki kolesterol, tetapi biasanya sulit untuk menjadikan angkanya ke level yang sehat.
"Jika Anda kurus dan aktif bergerak, sering mengonsumsi gula juga berbahaya," kata Vos.
Sementara jika Anda adalah atlet, gula tetap diperlukan, terutama sebelum dan selama berolahraga. "Ada bukti yang menyebutkan efek positif fruktosa, tetapi jumlahnya harus moderat," kata Dr Richard Johnson, ahli ginjal dari Universitas Colorado.
!break!
Mulai batasi
Kendati begitu, tak semua pakar setuju dengan teori yang menyebut gula berbahaya. Menurut Dr David Katz dari Universitas Yale, tubuh menjadikan gula sebagai sumber energi.
"Memang ada efeknya jika kita mengonsumsi gula terlalu banyak, tetapi tidak perlu mendorong orang untuk menghindari gula. Selama ini kita sudah mengadopsi pola makan rendah lemak, rendah karbohidrat, lalu kini kita juga rendah gula. Kita bisa kekurangan nutrisi," kritiknya.
Baca: Perlukah Musuhi Gula dan Garam?
Tetapi, Katz menyadari bahwa kebanyakan orang pada era modern ini mengonsumsi gula terlalu banyak.
Walau tidak setuju dengan pembatasan gula sama sekali, tetapi ia merekomendasikan untuk mengontrol konsumsi gula. Jumlah yang disarankan para ahli adalah sekitar 9 sendok teh per hari bagi pria dan 6 sendok teh per hari bagi wanita.
Jumlah gula tersebut bukan hanya gula putih yang kita masukkan dalam makanan atau minuman, melainkan juga kita waspada terhadap makanan siap saji atau kemasan. Baca setiap label makanan. Empat gram gula dalam kemasan pangan setara dengan satu sendok teh gula.
Hindari minuman yang diberi pemanis, seperti soda atau jus buah. Minuman seperti jus buah biasanya mengandung fruktosa tinggi tanpa adanya serat atau nutrisi bergizi seperti halnya buah segar.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR