Ulah Miceun Runtah di Walungan!!!
Kalimat bahasa Sunda yang berarti ”jangan buang sampah di sungai” itu tertulis pada spanduk yang dibentangkan di antara dua pohon di kaki bukit sampah di Rawa Dulang, Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Minggu (18/1).
Spanduk juga bertuliskan ”Berhenti Nyampah di Puncak”. Kalimat itu sederhana: bernada tegas melarang, memerintah, tetapi juga bernada mengajak, merayu, meminta, bahkan memohon.
Di bukit sampah dekat aliran Sungai Cisampay di Rawa Dulang itu, 68 pegiat Konsorsium Penyelamat Puncak siap bekerja. Tekad mereka satu, membongkar tumpukan sampah itu dan memasukkan benda-benda buangan itu ke karung plastik ukuran 50 kilogram.
Anggota konsorsium berasal dari berbagai kalangan: pelajar, pengajar, pengusaha, dari anak remaja sampai dewasa. Mereka datang dari pelbagai macam komunitas atau lembaga. Namun, yang mempersatukan mereka adalah kepedulian untuk membersihkan Puncak, kawasan hulu Kali Ciliwung, dari sampah. (Baca juga: Puncak, Hulu (Persoalan) Ci Liwung)
Tangan-tangan mereka terampil mencerabut dan membongkar lapisan sampah dalam cuaca hujan, berkabut, dan berhawa dingin. Mereka mengabaikan rasa sakit karena lecet di tangan saat mencerabut sampah. Gemetar kaki karena terendam air Cisampay yang dingin juga tak membuat nyali mereka ciut untuk memunguti sampah di sela bebatuan dan semak pinggir kali.
Saat mereka memunguti sampah, seorang warga terlihat berdiri di tubir jurang sambil menenteng kantong plastik penuh sampah. Melihat para pegiat di bawah aktif membongkar dan mengangkuti lapisan sampah, warga itu menyurutkan niatnya membuang sampah.
Dari 200 karung yang disiapkan, hampir 100 di antaranya terisi penuh dalam kegiatan yang berlangsung pukul 09.30-11.30 itu. Karung-karung itu kemudian dibawa dan ditumpuk di tepi jalan, menunggu diangkut truk milik Pemerintah Kabupaten Bogor.
Bukit sampah Rawa Dulang yang diperkirakan setinggi 20 meter itu sudah dua kali dikeruk sampahnya. Namun, sampah belum habis juga. Pegiat berjanji datang lagi sebulan mendatang untuk menyelesaikan pekerjaan membersihkan kawasan itu dari sampah.!break!
Lokasi ketiga
Koordinator Konsorsium Penyelamat Puncak Ernan Rustiandi mengatakan, bukit sampah itu merupakan lokasi ketiga yang didatangi pegiat untuk acara mulung sampah. Di dua lokasi sebelumnya, bukit sampah lebih kecil dan lapisan sampah tidak terlalu tebal sehingga bisa dibereskan dalam satu kegiatan.
Ernan, yang juga Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, mengatakan, Cisampay adalah salah satu anak Sungai Ciliwung yang berada di hulu. Sampah di hulu otomatis mengancam hilir Ciliwung, terutama di Jakarta.
Hulu Ciliwung mencakup kawasan dua desa, yakni Tugu Utara dan Tugu Selatan, Cisarua. Di dua desa itu, konsorsium mendata setidaknya terdapat 43 bukit sampah. Namun, mereka yakin jumlah sesungguhnya lebih dari itu. Di beberapa lokasi, mereka melihat hamparan rumput yang ternyata bagian bawahnya adalah lapisan sampah.
Koordinator Komunitas Peduli Ciliwung Puncak Tedja Kusumah memperkirakan, sampah yang menumpuk di kawasan hulu bisa mencapai 20 ton. Sampah menumpuk bertahun-tahun karena daerah wisata ini jarang disambangi truk sampah pemerintah.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR