Pemilihan mesin Pratt & Whitney PT6A juga bukan tanpa alasan. Kini, keluarga mesin PT6A digunakan di sekitar 2.500 pesawat di dunia. Keuntungannya, mesin ini dikenal banyak mekanik Indonesia, termasuk di daerah terpencil.
Palmana mengklaim, mesin PT6A yang digunakan lebih unggul ketimbang kompetitor. N219 memakai PT6A-42 yang mampu menghasilkan kekuatan 850 shaft horse power (shp). Kekuatannya lebih besar ketimbang PT6A-34 yang digunakan Quest Kodiak atau Twin Otter 400 yang menghasilkan kekuatan 750 shp.
”Dengan kombinasi sistem aerodinamika dan avionik, N219 sanggup membawa 12 penumpang dengan 20 kilogram bawaan per penumpang, dari maksimal 19 penumpang, atau tiga penumpang lebih banyak ketimbang kompetitor saat harus berada di ketinggian 5.000-6.000 kaki,” katanya.
Meski didukung teknologi anyar, kata Palmana, biaya penelitian masih terjangkau, sekitar 70 juta dollar AS. Biaya penelitian sebesar itu turut menekan harga jual.
N219 akan dibanderol 5,2 juta dollar AS, lebih murah ketimbang Twin Otter Series 400 yang dipatok 7,8 juta dollar AS per unit.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan, pasar N219 terbuka lebar. Direncanakan membangun hingga 24 pesawat per tahun, sebanyak 200 pesawat diminati sejumlah pihak. Maskapai penerbangan Lion Air siap memesan 100 unit jika N219 layak terbang. N219 juga akan diproyeksikan menggantikan Nomad milik angkatan bersenjata Thailand.
”Selain bisa memberi keuntungan finansial, N219 juga sangat potensial menjadi masa depan dunia penerbangan Indonesia,” katanya.!break!
Regenerasi
Pada saat berkunjung ke PTDI, pekan lalu, wajah Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir semringah melihat kesiapan pembangunan, termasuk miniaturnya. Ia antusias mencoba replika kursi penumpang dan pilot yang disediakan baginya. Berulang kali ia mengatakan, N219 membawa semangat baru bagi dunia dirgantara Tanah Air.
Menurut Palmana, optimisme itu sangat beralasan. Sempat mati suri, N219 membawa gairah baru. Ia mencontohkan Laboratorium Aero Gasdinamika dan Getaran Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kembali melakukan uji lorong angin. Uji Struktur juga dilakukan Laboratorium Uji Konstruksi BPPT. Pengujian serupa dilakukan tahun 1995 untuk N250.
N219 membawa gairah baru bagi dunia dirgantara Tanah Air.
Keberadaan N219 juga diyakini menghidupkan Pusat Teknologi Penerbangan di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
”Sertifikasi layak terbang atau tidak nanti akan dilakukan Kementerian Perhubungan. Sebelumnya, mereka hanya terbiasa melakukan validasi pesawat,” katanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR