Banyak orangtua menganjurkan anak mereka rutin minum susu setiap hari agar anak tumbuh sehat. Susu memang merupakan protein yang baik, sumber kalsium, dan vitamin D.
Namun, apakah anak memang harus banyak minum susu?
Menurut penelitian, belum ada bukti nyata bahwa minum susu dapat mengurangi risiko patah tulang pada anak. Minum susu terlalu banyak justru dapat menyebabkan anemia dan dapat menyebabkan obesitas.
"Apakah anak-anak benar-benar membutuhkan susu? Tidak. Tentu saja tidak," ungkap Amy Lanou, seorang profesor nutrisi di University of North Carolina di Asheville.
Menurut Amy, pemberian air susu ibu (ASI) sudah cukup memberikan nutrisi untuk tumbuh kembang anak. Lepas dari ASI, anak-anak pun tak perlu lagi banyak minum susu sapi.
Lanou mengungkapkan, banyak orang percaya bahwa susu membantu pertumbuhan tulang menjadi kuat. Sebab susu kaya akan vitamin D dan kalsium. Kekurangan vitamin D diketahui dapat menyebabkan rakhitis, yaitu melemahnya tulang pada anak. Susu juga tinggi protein dan kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak.
Akan tetapi, nutrisi tersebut juga bisa didapatkan anak-anak dari makanan. Kalsium misalnya, dapat ditemukan dalam makanan seperti kacang-kacangan dan sayuran. Kemudian, vitamin D bisa didapat anak-anak dari makan sereal, minum jus jeruk, dan susu kedelai. Adapun protein terdapat pada kacang-kacangan, daging, ikan, dan telur.
Sebuah studi 2013 yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics menunjukkan bahwa anak-anak yang kurang minum susu pada suatu daerah lebih rendah mengalami masalah pada tulang dibanding anak-anak di suatu derah yang sering minum susu.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor utama pertumbuhan tulang juga terjadi saat anak-anak berolahraga maupun melakukan aktivitas fisik. "Cara terbaik anak-anak merawat tulangnya adalah dengan pergi ke luar dan bermain," kata Lanou.
Mengapa tak perlu banyak minum susu? Penelitian pada Desember 2014 dari Archives of Disease in Childhood menyatakan bahwa anak-anak prasekolah yang minum tiga atau lebih dari segelas susu sehari, lebih berisiko kelebihan berat badan atau obesitas.
"Jika Anda memberi anak tiga porsi susu sapi, bagaimana mereka akan memiliki ruang di perutnya untuk makanan sehat lain, seperti yang sayuran, kacang-kacangan dan protein tanpa lemak?" jelas Lanou.
Menurut Lanou, susu coklat rendah lemak saja memiliki jumlah kalori yang sama dengan minuman bersoda. Jika ditambah gula, anak-anak bisa menjadi obesitas. Obesitas pun dikaitkan dengan diabetes dan penyakit jantung. Selain itu, terlalu banyak kalsium juga dipercaya dapat menghambat penyerapan zat besi.
Menurut peneliti, orangtua tak perlu memaksakan anak-anaknya yang tak suka susu atau mengalami kesulitan mencerna susu. Orangtua bisa memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan makanan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR