Tim riset dari C-Tech Laboratories di Tangerang, Banten, berhasil mengungkap adanya ketidakteraturan sinyal kelistrikan dalam otak manusia. Penelitian itu menggunakan alat electrical capacitance volume tomography.
Berdasarkan pola ketidakteraturan itu, yang ditunjukkan gelombang naik turun, terungkap saat manusia tertidur, tingkat ketidakteraturan sinyalnya amat tinggi tetapi intensitasnya lemah. Sebaliknya, saat orang berpikir, tingkat ketidakteraturan sinyal rendah tetapi intensitas kuat.
”Itu karena otak manusia fokus pada suatu hal,” kata ketua tim riset dari C-Tech Laboratories, Warsito Purwo Taruno, yang juga penemu electrical capacitance volume tomography (ECVT), Senin (9/2), saat dihubungi dari Jakarta.
Tomografi yang diciptakannya tahun 2003 di Ohio University itu menampilkan citra tiga dimensi secara dinamis. Kunci inovasi itu ialah algoritma yang menerjemahkan sinyal sensor jadi citra pada komputer. Untuk menghasilkan citra real time atau waktu seketika, dibuat alat sensor dan sistem elektrode pemancar pulsa gelombang listrik statis.
Dalam riset sebelumnya yang dipublikasi pada 2013 di San Francisco, tim riset C-Tech Labs melaporkan sinyal otak kian kuat saat manusia beraktivitas otak secara intensif. ”Hasil riset baru itu menunjukkan, aktivitas otak makin tinggi berkorelasi dengan tingkat keteraturan tinggi dalam otak,” kata Warsito yang juga Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia.
Riset untuk melihat ketakteraturan otak manusia dilakukan selama enam bulan sejak Juni 2014. Riset itu melibatkan Hiroki Okada yang melaksanakan program riset S-2 dari Departemen Fisika dan Matematika Terapan Universitas Kyoto, Jepang.
”Saya meneliti cara menganalisis pola chaos (ketakteraturan) sinyal ECVT. Kami mendapat pola chaos dari sinyal ECVT sama dengan langkah yang digunakan bagi sinyal NIRS (near infrared spectroscopy),” kata Okada yang meneliti di laboratorium pemindaian otak C-Tech Labs.
Menurut Warsito, NIRS hanya bisa melihat aktivitas di permukaan otak, sedangkan ECVT dapat mendeteksi hingga ke dalam otak.
Pada ECVT, alat pemindai ditempatkan pada 30.000 titik sehingga menampilkan citra empat dimensi. Lalu data itu diolah dengan superkomputer untuk mendapat hasilnya.
Komputasi chaos dikembangkan di Jepang, di antaranya untuk menganalisis informasi sinyal berintensitas amat lemah dalam noise. Fungsi lain adalah memprediksi data amat fluktuatif seperti harga saham.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR