“Kalau hasil perkawinan secara alami di alam pastinya lebih baik, dan secara fisik akan lebih kuat dan tahan terhadap penyakit,” lanjutnya.
Dari data yang dimiliki Balai TN Baluran mengenai populasi hasil sensus sejak 1941 hingga 2012, populasi banteng jawa di TN Baluran mengalami penurunan sejak tahun 2000 hingga kini.
Pada periode waktu tahun 1992-2000, populasi banteng jawa yang terlihat di area TN Baluran mencapai 200 hingga 300 ekor. Jumlah itu terus mengalami penurunan hingga mencapai belasan untuk banteng jawa yang terlihat pada 2006, serta pada tahun 2007 hingga 2012 berkisar 20 hingga 30-an ekor yang terlihat.
Pada sensus 2013 diperoleh keterangan bahwa penyebaran banteng jawa di TN Baluran, diasumsikan tidak merata di semua kawasan. Berdasarkan frekuensi perjumpaan banteng, yang menjadi habitat banteng seluas 12.521,47 hektare (47,92 persen luas total area Baluran), dengan ukuran populasi sekitar 32 sampai 38 ekor.
Supriyanto mengatakan, validitas data, pengetahuan tentang populasi, serta interaksi pupulasi dengan habitatnya merupakan hal yang diperlukan untuk pengelolaan populasi banteng secara efektif.
Penurunan jumlah populasi banteng jawa di TN Baluran kata Supriyanto, dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya predator, ketersediaan air dan pakan, penyakit, perburuan liar, hingga keberadaan akasia.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR