Kejutan dalam dunia astronomi datang pada bulan Januari lalu. Astronom berhasil mendeteksi sinyal radio dari luar angkasa.
Sinyal berupa letupan gelombang radio itu berlangsung hanya seperseribu detik. Namun, bagi para astronom, sinyal itu sangat berharga, menjadi petunjuk tentang peristiwa yang sedang terjadi jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
Emilt Petroff, astronom dari Swinburne University di Melbourne yang terlibat proses deteksi sinyal misterius itu, menguraikan penemuan dalam tulisan di The Conversation pada Februari 2015 lalu.
"Letupan sinyal radio ditangkap instrumen penerima tepat pada pukul 3.14 dini hari," tulis Petroff. Saat itu, para astronom sedang mengamati petak langit di rasi Aquarius dengan teleskop radio Parkes di New South Wales, Australia.
Dalam 10 detik setelah sinyal terdeteksi, sistem mulai mengidentifikasi sinyal dan mengirim ke seluruh ilmuwan yang tergabung dalam tim Parkes.
Tim Parkes kemudian bekerja cepat mengirim informasi penemuan ke seluruh kolaborator di dunia. Informasi seperti koordinat, perangkat teleskop yang digunakan untuk pengamatan, serta gelombang radio setelah letupan itu juga disertakan.
Mulai dari 7 jam setelah penemuan, astronom di dunia mengamati petak langit di mana letupan sinyal radio itu diduga berasal. Mereka berupaya melihat perubahan pada petak langit itu sehingga asal-usul letupan sinyal bisa dipastikan.
Sayang, usaha keras itu belum berhasil. Namun demikian, penemuan ini tetap mencatat prestasi. Untuk pertama kalinya, letupan sinyal radio dari luar angkasa berhasil dideteksi secarareal time.
"Ini terobosan besar," kata Duncan Lorimer dari West Virginia University di Morgantown yang juga terlibat penemuan, seperti dikutip New Scientist 19 Januari 2015.
!break!Misterius
Sinyal radio dari luar angkasa, disebut Fast Radio Burst (FBR), pertama kali terdeteksi pada tahun 2007.
Sejak saat itu, astronom dari berbagai penjuru dunia terus memburunya. Meskipun begitu, hingga saat ini, baru 9 sinyal yang berhasil terdeteksi, termasuk sinyal yang ditangkap baru-baru ini.
Asal-usul sinyal itu belum pasti. Dugaan terkuat, sinyal berasal dari sesuatu yang sangat terang dan berumur pendek, seperti dari badai bintang berenergi tinggi disebut magnetar ataupun dari kolapsnya bintang netron membentuk lubang hitam.
Yang sudah jelas, sinyal itu pasti berasal dari wilayah yang sangat jauh dari Bumi. Itu didasarkan pada hasil studi keantariksaan selama bertahun-tahun.
Menurut studi, ruang angkasa tidak benar-benar kosong tetapi terdiri atas partikel-partikel. Gelombang radio yang datang ke Bumi membawa informasi tentang jumlah partikel yang berinteraksi dengannya.
Ilmuwan mengatakan, sinyal radio dari luar angkasa berinteraksi dengan 10 kali lipat partikel lebih banyak dari yang diduga. Selain itu, sinyal juga pasti melewati zona antar-bintang. Maka dipastikan, sinyal pasti berasal dari wilayah yang sangat jauh.
Mengetahui asal-usul sinyal radio penting. Dengan cara itu, ilmuwan bisa mengukur "berat" semesta di wilayah tertentu. Ini tak pernah berhasil dilakukan sebelumnya.
Petroff mengutarakan, mengingat sinyal yang hanya berumur seperseribu detik, respon cepat diperlukan. Itu hanya bisa dilakukan dengan kolaborasi. Cuma lewat kerjasama maka lebih banyak sinyal bisa terdeteksi dan teridentifikasi.
Penemuan Petroff kali ini selain bisa mendeteksi sinyal secara real time juga berhasil menangkap sinyal dengan karakteristik berbeda dengan sebelumnya. Sinyal terpolarisasi secara sirkular, bukan linear.
"Ini sesuatu yang orang lain tak pernah mendeteksi sebelumnya," ungkapnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR