Kekurangan hormon tiroid sejak lahir bisa menyebabkan hipotiroid kongenital yang berakibat pada rusaknya fungsi otak sehingga pertumbuhan anak dan perkembangannya tidak normal. Jika terlambat ditangani, anak akan memiliki IQ yang rendah, keterbelakangan mental, hingga bertubuh pendek. Namun jika diobati sejak dini, kerusakan otak permanen bisa dicegah.
Dokter spesialis anak dan konsultan endokrinologi Aman B Pulungan mengatakan, satu-satunya langkah deteksi dini, yaitu dengan melakukan skrining saat bayi baru lahir. Sebab, gangguan tiroid tidak menyebabkan ada gejala yang muncul saat bayi baru lahir. Jika sudah muncul gejala, itu tandanya pertumbuhan telah mengalami keterlambatan dan sulit untuk diperbaiki.
“Banyak yang terlambat datang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun,” ujar Aman Pulungan dalam
seminar Skrining Hipotiroid Kongenital di Jakarta, Senin (9/3/2015).
Aman mencontohkan, bayi yang terlambat mendapat diagnosis hipotiroid kongenital, saat usia 2 tahun diketahui memiliki IQ 25-80. Anak itu pun berperawakan pendek. Jika terlambat ditangani, pengobatan hanya berguna untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memaksimalkan pertumbuhan anak lebih baik.
Bayi yang dinyatakan positif hipotiroid harus minum obat secara teratur. Ada yang minum obat hanya sementara dan seumur hidupnya.
Dokter spesialis patologi klinik dari Departemen Patologi Klinik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Ina S Timan mengatakan, masalah hipotiroid belum tersosialisasi dengan baik. Belum banyak rumah sakit yang melakukan skrining kadar tiroid bagi bayi yang baru lahir. Skrining seharusnya dilakukan pada saat usia bayi baru lahir 48-72 jam.
“Deteksi dini untuk terapi dini agar pertumbuhan fisik dan mental tetap baik. Mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan dan keterbelakangan mental,” tegas Ina.
Hipotiroid kongenital merupakan kelainan pada bayi yang baru lahir akibat penurunan hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid bisa berakibat fatal pada bayi karena hormon ini berfungsi mengatur metabolisme tubuh dan sangat memengaruhi fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR