Perdagangan gelap anak di Tiongkok semakin berkembang pesat sampai ada bayi-bayi yang djual lewat internet.
Polisi mengatakan korban berasal dari perkiraaan 20.000 anak yang diculik di Tiongkok setiap tahunnya, seperti dilaporkan dari kota Chengde di Provinsi Hebei.
Salah satu kasus adalah menjelang tahun baru Tiongkok pada Februari 2007 lalu yang menimpa keluarga Xiao Chaohua, seorang pekerja pabrik tekstil di Huizhou, dekat perbatasan dengan Hong Kong.
Putranya Xiaosong yang berusia lima tahun meminta uang untuk membeli jajanan saat magrib dan Xiasong memberinya uang dan meminta kakaknya, Xiao Lu, yang berusia 10 tahun mendampinginya.
Namun Xiao Lu pulang sendirian dan Xiaosong hilang saat ngobrol dengan temannya di toko jajanan.
Itulah terakhir kali Xiao melihat putranya dan walau sudah melapor polisi, memasang iklan dengan imbalan hadiah, maupun mencoba mencarinya sendiri berkeliling ke beberapa tempat. Namun, Xiaosong, sampai saat ini belum juga ditemukan.
Ribuan orang tua di Tiongkok mengalami penderitaan yang sama seperti Xiao.
Pihak berwenang tidak memberikan angka penculikan namun Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memperkirakan sekitar 20.000 anak di Tiongkok diculik setiap tahunnya.
Itu berarti sekitar 400 anak setiap pekan atau dalam satu hari saja sebanyak 57 anak diculik.
Media resmi Tiongkok memperhitungkan angka penculikan bahkan jauh lebih tinggi: 200.000 anak setiap tahunnya walau polisi membantah angka tersebut.
Di pasar gelap perdagangan bayi Tiongkok, seorang bayi laki-laki dihargai 100.000 RMB atau sekitar Rp160 juta sedang bayi perempuan setengahnya karena budaya Tiongkok yang menempatkan anak laki-laki membawa marga keluarga dan kelak membantu orang tua secara ekonomis.
Sebagian besar anak-anak yang diculik itu dijual untuk diadopsi namun beberapa dipaksa bekerja sebagai pengemis oleh kelompok-kelompok penjahat.
Hampir semua yang diculik hilang selamanya.
Penjualan lewat internet
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR