Langkah Pertama Sang Belia
Tengah hari itu, Panti mengaum dari kandang pelepasan. Gemanya menggentarkan. Pendiri Tambling Wildlife Nature Conservation Tomy Winata baru saja menyingkap pintu penutup kandang Panti.
Dari jeruji kandang wajah Panti menyeringai. Kumisnya baplang, matanya tajam mengilap.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dari atas jip, menarik tali baja yang terkait dengan pintu sangkar Panti. Rada kewalahan, Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti sigap membantu Siti Nurbaya.
Pintu terbuka: tanpa basa-basi, Panti melesat ke dalam kegelapan hutan. "Hutan itu memang daerah jelajahnya," jelas Satmoko, dokter hewan Pusat Rehabilitasi. Sebelum dilepasliarkan untuk kedua kalinya, Satmoko memaparkan, Panti telah menjelajahi kawasan di sekitar lokasi pelepasliaran.
Kini, detik-detik Petir akan lepas ke alam semakin berdetak kencang. Tomy Winata kembali turun: membuka pintu kandang, diiringi Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Timbul Batubara.
Kali ini kesempatan Susi Pudjiastuti menarik tali baja. Pintu kandang terbuka. Petir ke luar kandang. Ia mengendap-endap. Langkah kakinya merangkak pelan. Otot-otot di bahunya bergumpal-gumpal menegang. Mulutnya menganga.
Matanya menatap ke sekeliling. Ia sedikit kebingungan: menoleh ke kiri dan kanan. Satu-dua jenak ia berhenti, mengendap, dengan tatapan waspada. Para hadirin menahan napas.
Inilah pertama kali harimau berusia tiga tahun tiga bulan ini hidup bebas. Petir terus mengendap, seolah ada mangsa atau lawan di sekelilingnya. Pada sebuah pohon ia bernaung. Berhenti, berteduh, memindai. Beberapa menit lamanya Petir bolak-balik mengamati seputar.
Ia mungkin sedang menentukan pilihan: dari sudut mana akan menembus belantara. Dari pohon sembunyi, Petir masih mengendap-endap, memindai ke segala arah.
Ia muncul dari tempat sembunyi, menghampiri seekor babi hutan yang sengaja ditambatkan di pokok pohon. Si babi hutan panik, berjalan memutari pohon, menghindar dari Petir. Rupanya, Petir hanya mencolek babi mungil itu. Tetap mengendap, dengan otot-otot tubuh yang menegang, ia menatap ke hutan. Lalu ia merangkak pelan menuju rimba raya. Tubuhnya ditelan belantara.
Ketegangan meruap di udara saat harimau muda belia itu menghirup udara bebas. Usai Petir benar-benar masuk hutan, ketegangan runtuh.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR