Marizal saat itu hanya mengamati dari belakang jip, yang berada di samping Siti Nurbaya dan Susi Pudjiastuti. Dia paham: Petir tak pernah menjelajahi belantara sejak lahir. "Ia baru mengenali lingkungannya. Saat dilepas di kandang habituasi juga begitu perilakunya. Mengendap-endap," tuturnya.
Saat kembali ke Pusat Rehabilitasi, Marizal merasakan ada yang sirna. Ia kini jauh, sekaligus dekat. "Kandang dulu penuh, kini ada yang kosong."
Beberapa pekan sebelum pelepasliaran Panti dan Petir, Marizal menumpahkan perasaannya pada sekeping puisi.
Di antara bimbang dan sayang,
Yang pasti akan selalu kukenang
Walaupun kau akan pergi berpetualang
Jelajahi rimba belantara
Kuharap kau temukan tempat naungan yang aman
Bagai kampung halaman untuk berketurunan
Agar kalian terbebas dari kepunahan
Marizal, lelaki yang berkawan dengan harimau itu, tak mampu menahan rasa yang campur aduk: bimbang dan sayang. Namun dia telah memilih, \'Agar kalian terbebas dari kepunahan.\'
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR