Sepuluh koin emas lainnya telah ditemukan secara terpisah oleh detektor logam atau pencari harta karun lain yang bernama David Cockle. Dia adalah seorang polisi yang masih aktif ketika menemukan koin-koin emas tersebut.
David Cockle tidak melaporkan penemuan koin-koin emas tersebut ke pihak berwenang. Bahkan, seperti diberitakan oleh The History Blog, Cockle tidak memberi tahu pemilik tanah yang memberinya izin untuk memindai ladang yang menyimpan koin-koin emas itu bahwa dia telah menemukan koin-koin tersebut. Padahal sebelumnya mereka telah bersepakat dia harus membagi hasilnya.
Alih-alih melapor ke otoritas yang berwenang maupun pemilik ladang, Cockle justru mencoba menjual koin-koin emas itu secara diam-diam. Dua koin emas kuno yang ia temukan itu telah dijualnya di pasar barang antik.
Baca Juga: Biara Anglo-Saxon di Inggris, Bukti Kekuasaan Ratu Cynethryth
Namun, upaya Cockle dalam penyelundupan dan penjualan gelap koin-koin emas kuno selanjutnya berhasil diketahui oleh pihak otoritas yang berwenang. Pada tahun 2017 Cockle kemudian dipecat dari Kepolisian Norfolk karena pelanggaran berat dan dijatuhi hukuman 16 bulan penjara setelah mengaku bersalah atas pencurian sepuluh koin emas Anglo-Saxon itu dan mencoba menjualnya senilai Rp289 juta, sebagaiaman dilansir Arts Industry.
Crondall Hoard, timbunan koin terbesar sebelumnya dari era Anglo-Saxon, ditemukan di Crondall, Hampshire, pada tahun 1828, terdiri dari 101 koin. Timbunan koin itu dikubur sebelum tahun 650 Masehi dan berisi 73 koin Inggris, koin pertama yang diproduksi di Inggris setelah penarikan Romawi.
Timbunan ini awalnya merupakan timbunan koin Anglo-Saxon yang lebih besar daripada timbunan manapun di Inggris. Namun perkembangan penggalian lahan perladangan di Norfolk Barat sejak 1990-an telah mengungkap timbunan koin era Anglo-Saxon yang lebih banyak. Timbunan ini kemudian menjadi timbunan koin Anglo-Saxon terbesar yang pernah ditemukan sejauh ini.
Halaman selanjutnya...
Source | : | Arts Industry,The History Blog |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR