Selain destinasi Wisata Danau Toba di Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, obyek wisata lain yang cukup terkenal di Provinsi Sumatera Utara adalah Air Terjun Sipiso-piso. Air Terjun Sipiso-piso berada di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, yang memiliki ketinggian 125 meter dari dasar air terjun dan terlihat elok dari kejauhan karena dikelilingi hutan pinus.
Airnya langsung mengalir ke Danau Toba, yang bermuara di Desa Tongging, Kecamatan Merek dan langsung bisa melihat latar belakang danau vulkanik terbesar di Indonesia tersebut.
Dengan berjalan kaki menuruni Lembah Sipiso-piso yang cukup jauh, para wisatawan harus menyiapkan stamina tinggi karena jalan berkelok-kelok dan curam. Butuh waktu sekitar 45 menit untuk menuruni lembah hingga mencapai dasar air terjun, sedangkan untuk kembali ke puncak memakan waktu hingga 60 menit.
Sampah
Tim Motion Radio 975FM Jakarta bersama 2 pemenang Kuis LEPAS (Liburan Sampe Puas) yang berkunjung ke lokasi tersebut, melihat kondisi Air Terjun Sipiso-piso cukup memprihatinkan. Sepanjang jalan menuju lembah permukaan jalan sangat kotor oleh sampah yang ditinggalkan para pengunjung seperti botol minuman, bungkus makanan, hingga plastik-plastik bungkus makanan kecil.
Selain itu pemandangan kurang elok selama perjalanan menuju lembah adalah banyaknya aksi tangan-tangan jahil yang membuat coretan-coretan di dinding-dinding semen di sepanjang jalan setapak menuju lembah. Beberapa titik jalan juga ada yang longsor dan tidak diperbaiki secara permanen.
"Air Terjun Sipiso-Piso yang merupakan jejak sesar atau patahan yang membentuk Kaldera Toba akan ditinggalkan para wisatawan jika tidak segera ditangani dan ditata oleh Dinas Pariwisata, Kabupaten Tanah Karo," ungkap Effendy (58), pemandu lokal kepada Tim Motion Radio 975FM Jakarta, Sabtu (28/3).
Air Terjun Sipiso-piso sebenarnya menjadi destinasi wisata unggulan di Kecamatan Merek, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara terutama bagi wisatawan yang suka akan tantangan alam. Air Terjun Sipiso-piso yang membentuk Dinding Kaldera merupakan bagian dari sisa runtuhan dinding kaldera Haranggol yang terbentuk pada peristiwa letusan Supervolcano Toba II (sekitar 500 ribu tahun lalu).
"Adapun nama Sipiso-piso konon berasal dari kata piso atau pisau, karena warga sekitar melihat bentuk air terjun yang mirip dengan sebilah pisau," kata Effendy.
Keberadaan Air Terjun Sipiso-piso menjadi salah satu sumber pencaharian warga sekitar yang menjajakan aneka makanan dan minuman di sepanjang jalan menuju lembah. Sandro Ginting (7) yang menjajakan dagangannya di lembah air terjun mengungkapkan dirinya terpaksa putus sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari nafkah.
"Setiap hari terpaksa harus berjualan sendiri di sini bang, mulai jam 08.00 hingga 18.00 WIB untuk membantu orang tua, setelah lulus SD tahun lalu," ujarnya polos.
Sandro mengaku mengaku menjual kopi seduh panas dengan harga Rp 5.000 per cangkir dan Rp 10.000 per bungkus untuk mi kemasan. Ia mengaku senang kalau hari libur akhir pekan dan libur panjang karena semakin banyak pengunjung yang dating ke lembah, makan semakin laku pula dagangannya.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR