Meskipun penampilan dara-laut Tiongkok (chinese crested tern) sekilas mirip dengan dara-laut jambul, namun burung pengembara berparuh jingga kekuningan berujung hitam ini merupakan salah satu jenis burung paling langka di dunia. Berdasarkan riset BirdLife International, populasi burung ini diperkirakan kurang dari 50 individu dewasa di seluruh dunia, setengah dari jumlahnya pada tahun 2004.
Seperti namanya, dara-laut Tiongkok (Thalasseus bersnteini) berbiak di Tiongkok. Namun, setiap musim dingin sekitar Oktober hingga April, burung ini mengembara hingga ke perairan di sekitar Manila, Serawak, hingga Halmahera dan Seram di kepulauan Maluku.
Dara-laut adalah anggota burung laut di dalam keluarga Sternidae, yang masih berkerabat dengan camar. Berukuran tubuh sekitar 43 cm, memiliki kepala bertanda hitam di bagian kepala. Paruh mereka berbentuk memanjang berwarna jingga kekuningan, dengan sayap berwarna putih keabuan dan tubuh yang didominasi warna bulu putih ini.
“Burung ini tercatat pertama kali di Indonesia pada 22 November 1861 tepatnya di perairan Kao, Halmahera Utara,” ujar Jihad, Bird Conservation Officer Burung Indonesia. Namun jenis ini kemudian tidak pernah terlihat kembali selama lebih dari 100 tahun.
!break!Hingga pada 2010 sekelompok pengamat burung melihat dara-laut Tiongkok sedang hinggap di atas karang di Pulau Lusaolate, Seram, Maluku. Selang empat tahun kemudian tepatnya pada November 2014, seekor dara-laut Tiongkok kembali terlihat di perairan yang sama di antara gerombolan dara-laut jambul (Thalasseus bergii).
Kemunculan burung dara laut Tiongkok tentunya merupakan berita menggembirakan mengingat jenis ini masuk dalam kategori terancam punah dengan status kritis. Ancaman utama terhadap jenis ini meliputi pengambilan telur serta kerusakan daerah lahan-basah di pesisir. Perairan Lusaolate saat ini merupakan satu-satunya daerah migrasi musim dingin (wintering area) dara-laut Tiongkok yang masih tercatat.
Di luar negeri, burung ini dilaporkan ditemukan di kepulauan Matsu, wilayah lepas pantai Provinsi Fujian, Tiongkok yang berada di bawah pengelolaan Taiwan. Ironisnya, wilayah perlindungan koloni habitat burung ini sekarang dapat dikatakan cukup aman karena status kepemilikan kepulauan ini, yang diklaim oleh Tiongkok daratan namun dibawah kelola Taiwan. Sengketa wilayah menyebabkan sensitivitas militer, yang membuat akses publik dan sipil menjadi terbatas di kepulauan ini. Status pulau ini sendiri telah dinyatakan sebagai tempat perlindungan satwa liar.
Untuk memantau keberadaan jenis langka ini terutama terkait wintering area-nya,BirdLife Asia berencana memasang bendera merah pada kaki dara-laut Tiongkok dan dara-laut jambul Thalasseus bergii pada musim panas tahun ini. Para pengamat dan ornithologist yang menemukan burung berbendera tersebut pada sekitar Oktober hingga April, diharap dapat melaporkan temuan tersebut ke BirdLife Asia melalui email maupun media komunikasi lain.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR