Berciuman tidak bisa dikatakan universal karena diketahui hanya ada di 90% budaya yang kita kenal. Artinya tak semua kebudayaan mengenal ciuman.
Pencetus teori evolusi, Charles Darwin menulis bahwa memang ada kebudayaan yang mengenal tradisi berciuman.
"Kita masyarakat Eropa sangat terbiasa dengan ciuman, sebagai tanda sayang … tapi ada masyarakat di Selandia Baru, Tahiti, Papua, Australia, Somalia, dan Eskimo yang tak mengenal ciuman," tulis Darwin dalam buku The Expression of Emotion in Man and Animals.
Meski tidak bersifat universal, berciuman bisa dirunut dari aspek biologi. Mungkin ciuman adalah kombinasi dari tindakan impulsif dan perilaku yang terpelajari.
Selain manusia, spesies lain seperti simpanse dan bonobo juga berciuman, antara lain dilakukan sehabis mereka berkelahi. Bagi dua binatang ini, ciuman bisa bermakna tindakan rekonsiliatif.
Ilmuwan Chip Walter dalam artikel di jurnal Scientific American Mind menulis bahwa ciuman mungkin berasal dari perilaku primata saat mengunyah makanan dan memberikan makanan yang terkunyah ini ke anak. Perilaku ini bisa kita lihat di kawanan simpanse.
Berawal dari mengunyah dan memberikan makanan ke anak, ternyata pertemuan antara bibir bisa juga berfungsi untuk meredakan ketegangan. Lama-kelamaan perpaduan bibir menimbulkan ekstasi. Belakangan kita tahu memang ada banyak ujung syaraf di bibir kita ini.
!break!Bibir adalah jaringan yang sangat sensitif. Bagian dari otak kita yang membantu kita mendeteksi sentuhan disebutsomatosensory cortex yang berada di bagian otak bernama postcentral gyrus.
Semua sensasi sentuhan di tubuh kita dikirim ke sana untuk diproses dan kemudian dihasilkan jenis respons dari sentuhan itu disesuaikan dengan bagian tubuh mana yang mendapatkan sentuhan.
Dari mekanisme ini kita tahu, respons atas sentuhan di dada atau perut tak sebesar respons yang kita dapat di bagian tangan atau bibir. Bedanya sangat besar. Jadi, bisa kita pahami sekarang mengapa pertemuan bibir antara dua orang bisa berakibat dahsyat.
Dari bibir kita mendeteksi apakah seseorang cocok menjadi pasangan kita.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR