Manusia dari sisi penampilan sangat berbeda dengan spesies lain. Alasannya karena bibir manusia punya jaringan super sensitif di bagian muka. Mengapa kita harus punya bibir? Jason G Goldman mencoba mencari jawabannya.
Bibir sering menjadi persoalan karena mengering di musim dingin dan sesekali tergigit saat kita makan. Sebuah pertanyaan serius kemudian muncul, yakni apa sebenarnya fungsi bibir ini?
Burung bisa bertahan hidup meski tak punya bibir. Begitu juga dengan kura-kura. Ternyata bibir sangat penting. Bibir membantu kita untuk menyedot dengan mekanisme sempurna.
Bahkan menyedot adalah salah satu kemampuan mendasar dari manusia yang langsung kita kuasai begitu kita lahir di dunia ini. Kemampuan yang oleh para ahli disebut sebagai “refleks primitif”.
Coba perhatikan bayi yang langsung bisa menyedot jari atau menyedot puting susu sang ibu. Dari mana ia belajar ini?
Selain menyedot, kita juga terlahir dengan kemampuan yang disebut sebagairooting reflex. Ini adalah kemampuan menoleh begitu ada rangsangan pada mulut atau pipi.
Lidah punya peran penting ketika menyedot susu ibu, tapi bibirlah yang berperan untuk memastikan tidak ada susu yang bocor dari mulut dan masuk ke perut.
Bagi bayi yang baru lahir ini seperti percakapan: ibu menyorongkan susu sementara bayi secara aktif mencari puting sang ibu. Ini seperti tarian yang sudah diatur iramanya oleh evolusi.
!break!Bibir juga punya peran penting kalau kita lihat dari aspek linguistik.
Bibir berfungsi sebagai tempat artikulasi, membantu menahan udara dari paru-paru sehingga dihasilkan bunyi-bunyi tertentu. Karena kita punya bibir, kita bisa memiliki huruf b, p, dan m.
Pernah Anda bayangkan apakah akan ada kata-kata seperti papa, mama, atau bibi kalau kita tak punya bibir?
Karena bibir pula ada f dan v yang dihasilkan dengan mendekatkan bibir bawah ke gigi atas.
Jadi, karena bibir kita bisa bersuara dan bercakap-cakap.
Yang tak kalah penting -dan juga sangat menyenangkan- dari bibir adalah berciuman.
Berciuman tidak bisa dikatakan universal karena diketahui hanya ada di 90% budaya yang kita kenal. Artinya tak semua kebudayaan mengenal ciuman.
Pencetus teori evolusi, Charles Darwin menulis bahwa memang ada kebudayaan yang mengenal tradisi berciuman.
"Kita masyarakat Eropa sangat terbiasa dengan ciuman, sebagai tanda sayang … tapi ada masyarakat di Selandia Baru, Tahiti, Papua, Australia, Somalia, dan Eskimo yang tak mengenal ciuman," tulis Darwin dalam buku The Expression of Emotion in Man and Animals.
Meski tidak bersifat universal, berciuman bisa dirunut dari aspek biologi. Mungkin ciuman adalah kombinasi dari tindakan impulsif dan perilaku yang terpelajari.
Selain manusia, spesies lain seperti simpanse dan bonobo juga berciuman, antara lain dilakukan sehabis mereka berkelahi. Bagi dua binatang ini, ciuman bisa bermakna tindakan rekonsiliatif.
Ilmuwan Chip Walter dalam artikel di jurnal Scientific American Mind menulis bahwa ciuman mungkin berasal dari perilaku primata saat mengunyah makanan dan memberikan makanan yang terkunyah ini ke anak. Perilaku ini bisa kita lihat di kawanan simpanse.
Berawal dari mengunyah dan memberikan makanan ke anak, ternyata pertemuan antara bibir bisa juga berfungsi untuk meredakan ketegangan. Lama-kelamaan perpaduan bibir menimbulkan ekstasi. Belakangan kita tahu memang ada banyak ujung syaraf di bibir kita ini.
!break!Bibir adalah jaringan yang sangat sensitif. Bagian dari otak kita yang membantu kita mendeteksi sentuhan disebutsomatosensory cortex yang berada di bagian otak bernama postcentral gyrus.
Semua sensasi sentuhan di tubuh kita dikirim ke sana untuk diproses dan kemudian dihasilkan jenis respons dari sentuhan itu disesuaikan dengan bagian tubuh mana yang mendapatkan sentuhan.
Dari mekanisme ini kita tahu, respons atas sentuhan di dada atau perut tak sebesar respons yang kita dapat di bagian tangan atau bibir. Bedanya sangat besar. Jadi, bisa kita pahami sekarang mengapa pertemuan bibir antara dua orang bisa berakibat dahsyat.
Dari bibir kita mendeteksi apakah seseorang cocok menjadi pasangan kita.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR