Selama ribuan tahun manusia menggunakan metode pembalsaman untuk mengawetkan tubuh orang yang telah wafat. Namun tak ada yang bisa mengalahkan eksperimen yang dilakukan selama 91 tahun untuk mengawetkan tubuh Vladimir Lenin, pendiri Uni Soviet.
Pejabat Rusia sempat menutup Mausoleum Lenin di Moscow, agar para ilmuwan dapat mempersiapkan tubuh Lenin untuk dipamerkan kembali bulan April lalu, bertepatan dengan ulang tahunnya ke-145.
Selama beberapa generasi, ilmuwan Rusia menghabiskan waktu mereka untuk memperbaiki teknik preservasi untuk menjaga penampilan serta fleksibilitas tubuh Lenin.
Sebuah kelompok inti yang terdiri dari lima hingga enam orang ahli anatomi, biokimia, dan ahli bedah yang dikenal sebagai Kelompok Mausoleum, bertanggung jawab atas pengawetan dan perawatan tubuh Lenin.
Para ahli ini bernaung di bawah Pusat Riset Ilmiah dan Metode Pengajaran dalam bidang Teknologi Biokimia (Center for Scientific Research and Teaching Methods in Biochemical Technologies) yang terletak di Krasin Street, Moscow.
Metode pengawetan yang dilakukan Rusia ini terfokus pada fisik: penampilan, bentuk, bobot, rona, dan kelenturan. Bahkan elastistas kulit serta kelenturan sendinya. Namun tidak pada segi biologisnya.
“Mereka harus mengganti bagian-bagian kulit dan dagingnya dengan plastik dan material lainnya,” ujar Alexei Yurchak, profesor sosial antropologi di University of California, Berkeley.
“Hal inilah yang membuatnya secara dramatis berbeda dengan semua yang ada di masa lalu seperti mumifikasi, yang terfokus pada pengawetan bagian tubuh asli sementara bentuk tubuh berubah,” tambahnya.
Kelompok Mausoleum ini pula yang membantu pengawetan tubuh pemimpin Vietnam, Ho Chi Minh dan para pemimpin Korea Utara, Kim Il Sung dan Kim Jong Il.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR