"Dengan banyaknya spesimen yang ditemukan, tim dapat melihat bagaimana seppenradensis dan leptophylla masing-masing mengikuti siklus pertumbuhan lima tahap yang berbeda, di mana cangkang mereka tumbuh dengan mantap dan morfologinya berubah," kata Ifrim.
Para peneliti menemukan bahwa sampel Parapuzosia leptophylla berasal dari zaman Santonian akhir (sekitar 86,3 juta hingga 83,6 juta tahun yang lalu), sebuah subdivisi dari Era Kapur Atas.
"Sebagai perbandingan, spesies seppenradensis muncul di sedimen yang lebih muda, kemudian di awal periode waktu berikutnya, periode Campanian (sekitar 83,6 juta hingga 72,1 juta tahun lalu)," imbuhnya.
Baca Juga: Terropterus xiushanensis, Kalajengking Laut Purba Seukuran Anjing
Spesimen tertua ini hanya mencapai lebar 3,2 kaki, seperti leptophylla, tetapi pada pertengahan Campanian awal, amon dengan ukuran yang lebih hebat muncul dengan bukti berupa temuan fosil raksasa.
"Ternyata, amon dengan ketebalan cangkang yang sebanding, juga dapat ditemukan tim peneliti di seberang Atlantik, pada periode waktu yang sama," sambung Lasene.
Para peneliti di Inggris menemukan lusinan spesimen amon raksasa di dasar tebing kapur putih di Sussex dan lebih banyak lagi di dekat tebing kapur di Kent timur. "Pasti ada hubungan antara populasi kedua belah pihak, karena mereka menunjukkan evolusi yang sama, waktu yang sama," sambung Ifrim.
"Amon dianggap perenang yang agak lambat, mirip dengan nautilus modern, tetapi ada kemungkinan bahwa amon raksasa menempuh jarak lebih efisien, berkat ukurannya," pungkas Ifrim.
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Source | : | Livescience |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR