Lewat sebuah studi, ilmuwan memprediksi bahwa pada akhir abad ke-21 gletser di Everest akan jauh berkurang. Dalam skenario terburuk, jumlah gletser yang akan hilang bisa mencapai 99,9 persen atau bisa dibilang hilang.
"Sinyal perubahan gletser di masa depan jelas, pasti berlanjut dan kemungkinan meningkat kecepatannya seiring proyeksi naiknya temperatur," kata Joseph Shea, pakar hidrologi gletser dari International Center for Integrated Mountain Development, yang melakukan studi.
Gletser mengandung air dalam jumlah besar. Hilangnya gletser dalam jangka pendek memang akan membuat air terkesan melimpah. Namun, dalam jangka panjang, hilangnya gletser akan membuat warga sekitar kekurangan pasokan air.
Tak cuma itu, hilangnya gletser akan memicu kejadian longsor dan gempa. Pelelehan gletser secara cepat juga akan memicu banjir. Volume air yang membanjiri bisa mencapai 100 kali lebih besar dari normal.
Diberitakan situs IFLScience, Jumat (29/5), Shea dan rekannya menggunakan data yang didapatkan dari stasiun cuaca sekitar Everest lewat pemantauan selama 50 tahun untuk studi. Mereka lalu melakukan pemodelan dan kalibrasi untuk mengetahui nasib gletser pada masa depan.
Penelitian mengungkap bahwa pada tahun 2100, Everest bisa benar-benar menjadi area yang tak punya es. Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal The Cryosphere pada Rabu (27/5) lalu.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR