Desember 1794, pedagang budak portugis di pantai timur Afrika mengalami perjalanan menakutkan. Pasalnya sepanjang 7.000 mil dari Afrika Selatan menuju Brasil melalui Atlantik begitu penuh risiko.
Setidaknya 400 pria, wanita, dan anak-anak harus bertahan di atas kapal. Kapal bernama Sao Jose Paquete nyatanya tak berhasil mencapai Brasil. Yang tersisa hanyalah kisah tentang perdagangan budak abad ke-18.
Akhirnya tim peneliti dari Amerika dan Afrika mengumumkan identitas kapal tersebut, sejak pertama kali meneliti tahun 2010. Iziko Museums of South Africa juga mengumumkan artefak yang tersisa dari kapal tersebut. Seperti pemberat besi, katrol kayu, hingga paku dari tembaga. Artefak tersebut akan dipamerkan di Museum Nasional Smithsonian tahun depan.
Perjalanan laut yang ditempuh kapal Sao Jose Paquete ini merupakan upaya para pedagang budak di Eropa untuk mengamankan ‘manusia’ yang akan dijualnya.
Sekitar 25 juta orang tinggal di sepanjang garis pantai Antara Senegambia hingga Angola. Mereka merupakan korban dari perdagangan manusia kala itu.
Sementara di Eropa, ekspoitasi manusia terjadi sejak abad ke 16. Saat itu pelayaran pertama dilakukan bangsa Portugis tahun 1526, dari Afrika ke Amerika.
Sebagian besar manusia yang akan dijadikan budak ini akan dibawa ke Spanyol, Karibia, atau Brasil. Di tempat itulah, mereka akan dipekerjaan untuk menghasilkan komoditas seperti gula, tembakau, padi, dan kapas.
Perdagangan manusia terus meningkat hingga abad 18. Tingginya permintaan gula membuat semakin banyak manusia dikerahkan guna menghasilkan lebih banyak pemanis ini.
Para tengkulak Afrika juga berjuang memenuhi permintaan tersebut dengan pergi menuju pedalaman, mencari orang yang dapat dipekerjakan.
Dihadapkan dengan pasokan tenaga yang terus berkurang, pelayaran pun dilakukan. Inilah salah satu yang disinyalir menjadi alasan Sao Jose melakukan pelayaran berbahaya. Tak hanya Sao Jose yang mengalami tragedi tenggelam, kapal Portugis bernama The Protector pun kehilangan 339 manusia yang akan diperdagangkan.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR