Kisah tentang etnik Rohingya yang pergi dari Myanmar menjadi berita hangat bulan lalu setelah ribuan dari mereka terdampar di Aceh - namun tidak semua gambar-gambar yang dibagikan di media sosial benar.
BBC Trending menemukan banyak gambar yang dibagikan online justru tidak menggambarkan Rohingya sama sekali, tetapi menggambarkan bencana alam dan berita lain.
Banyak gambar ini sadis dan mengganggu. Satu foto misalnya, menunjukan biksu Buddha berdiri di atas potongan tubuh manusia. Di Facebook dan di Twitter, foto ini dikaitkan dengan contoh kekejaman biksu Buddha terhadap Rohingya.
Tetapi, foto itu sama sekali bukanlah tentang Myanmar. Foto itu sebetulnya diambil pascagempa besar di Cina pada April 2010.
Foto lain menunjukan laki-laki yang terbakar berlari di sebuah jalan. Satu grup yang membagi foto itu di Facebook mengatakan laki-laki ini mengalami perlakuaan keji - dipotong-potong dan dibakar hidup-hidup.
Tetapi kisah sebenarnya sangat jauh berbeda. Foto itu adalah foto Jamphel Yeshi, aktivis Tibet yang membakar dirinya di Delhi pada 2012 untuk memprotes kunjungan presiden Cina ke India.
Ada banyak foto yang juga menggambarkan anak-anak. Salah satunya menunjukkan seorang anak terikat dengan tiang kayu, dengan tanda-tanda luka terlihat di punggungnya.
Pesan-pesan di internet mengatakan itu adalah anak Rohingya. Tapi kenyataannya, foto itu adalah anak Thailand yang berusia tujuh tahun yang dipukuli oleh seorang kerabat karena mencuri permen awal tahun ini.
Lalu ada foto lain yang banyak dibagikan, terutama di India dan Pakistan, menunjukkan tangan siswa sekolah digilas oleh sepeda motor. Ini sebenarnya aksi yang dilakukan pelatih seni bela diri di India selatan.
"Kami menghargai kekhawatiran orang-orang (tentang Rohingya) tetapi meminta semua orang untuk mengecek hati-hati sebelum menggunakan foto itu," kata aktivis Rohingya berbasis di Inggris, Jamila Hanan.
"Setiap Rohingya menjadi berita utama di media massa, foto-foto ini selalu disebarkan dengan mencampurnya dengan foto-foto baru."
"Ada banyak foto yang asli menggambarkan situasi tragis Rohingya, tidak perlu bagi siapapun untuk mengarang ceritanya," kata Hanan kepada BBC Trending.
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR