Merajut silaturahmi lintas bangsa rasanya menjadi hal yang wajib dewasa ini. “Bagaimana bisa kita menjalin komunikasi yang baik tanpa saling memahami satu sama lain?” tukas Ridwan Kamil yang ditemui di Pendopo Walikota Bandung (13/6).
Pengalaman Ridwan Kamil di tahun 1994 saat terlibat dalam SIF (Singapore International Foundation)-ASEAN Fellowship mengantarnya pada sebuah pengalaman lintas budaya. Bertemu banyak orang dengan latar belakang dan budaya yang berbeda telah membedah wawasan walikota Bandung yang akrab disapa Kang Emil ini. “Kini, sebagai walikota saya melihat betapa pentingnya pemahaman itu saat berkolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat global.” ujarnya.
Bersamaan dengan peluncuran Insight From The Inside yang diluncurkan oleh SIF, Ridwan Kamil menceritakan pengalamannya sebagai salah satu yang mewakili sahabat Indonesia. Buku ini dilucurkan dalam rangka memperingati tahun emas Singapura yang ke-50.
“Perayaan ini menjadi momen penting bagi Singapura untuk terus membenahi diri. Beruntung kami memiliki Sahabat Singapura yang tak pernah bosan memberikan masukan dan wawasan untuk mengembangkan kisah kami.” ujar Kesavapany, SIF Governor Ambassador.
Kegiatan ini sekaligus menjadi jembatan antara negara untuk menjalin hubungan persahabatan. Mengutamakan prinsip sosial dan kemanusiaan, SIF dan sahabatnya yang tersebar di seluruh dunia komit untuk mewujudkan dunia yang lebih baik. Berbagai kegiatan yang telah terselenggara antara lain pengembangan agrikultural masyarakat dan pendidikan untuk negara berkembang.
“Mari kita tinggalkan sejenak isu politik untuk mewujudkan dunia yang lebih manusiawi.” tandas Ridwan Kamil. Bagi Ridwan, hanya ada satu kunci untuk membangun dunia yang lebih baik yakni memajukan pengembangan ekonomi.
Sedangkan menurut Ridwan kunci utama dalam memajukan ekonomi adalah dengan mendongkrak sektor pendidikan. “Dalam Fellowship ini kita akan belajar tentang leadership, pendidikan, dan membangun koneksi yang luas. Dengan masyarakat yang teredukasi saya yakin akan mudah meuwujdkan ide-ide kreatif untuk mengembangkan ekonomi.” Tutup Ridwan
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR