Apakah Anda bergidik atau merinding hanya dengan melihat dan membayangkan seperti apa suara yang ditimbulkan oleh gambar ini? Para peneliti dari University of Cologne di Jerman dan University of Vienna di Austria berusaha menguak apa penyebab hal ini.
Kepada sejumlah partisipan, peneliti memperdengarkan rekaman suara goresan kuku di papan tulis dan meminta mereka untuk menilai ketidaknyamanan yang dirasakan sambil menghitung tingkat stres para partisipan melalui tekanan darah, detak jantung, bahkan keringat.
Selanjutnya, saat peneliti menghilangkan frekuensi suara antara 2.000 hingga 4.000 Hz di dalam rekaman yang sama. Setelah diperdengarkan kembali, para partisipan menilai bahwa suara yang mereka dengar sekarang lebih nyaman di telinga, dibandingkan dengan suara sebelumnya.
American Institute of Physics menyatakan, berdasarkan penelitian oleh pada 2011 ini, terungkaplah bahwa telinga manusia tercipta sedemikian rupa sehingga suara dalam rentang frekuensi tertentu diamplifikasi oleh anatomi kanal telinga. Suara ini menjadi lebih keras bagi pendengar, dibandingkan suara lainnya.
Telinga berkembang untuk mengamplifikasi frekuensi yang penting bagi komunikasi. Contohnya suara yang terkait dengan penyintasan, seperti tangisan bayi. Rentang frekuensi tangisan bayi atau bicara manusia bervariasi antara 2.000 hingga 4.000 Hz, sama seperti rentang suara goresan kuku di papan tulis, atau decit alat makan di piring.
Peneliti menduga, suara goresan kuku di papan tulis ini menjadi semakin tidak nyaman, karena terdengar lebih keras di telinga dibandingkan suara lainnya, dan langsung mengena di titik pendengaran manusia. Namun uniknya, partisipan yang diberitahu bahwa suara tersebut adalah suara kuku yang menggores papan tulis, menilai suara ini lebih tidak nyaman dibandingkan partisipan yang tak tahu apa penyebab suara tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR