Artikel ini disponsori oleh Wego
Indah. Beraneka rupa warna. Lanskap tempat itu menyajikan beragam pemikat mata, mulai dari garis pesisir berbatu-batu, pulau-pulau terpencil, sungai sarat ikan, hutan hujan rimbun, tebing-tebing menjulang hingga hutan sabana.
Selamat datang di Arnhem Land, wilayah penting di bagian utara Australia. Di tempat ini, kita dapat menjumpai hutan belantara alami yang membentang luas, kaya dengan budaya Aborigin. Berbatasan dengan Taman Nasional Kakadu, Laut Arafura, dan Teluk Carpentaria, Arnhem Land menjadi saksi atas kehidupan Suku Yolngu selama sekitar 60.000 tahun. Suku asli Tanah Australia ini masih mempertahankan ikatan budaya dan spiritual yang erat dengan negeri kanguru. Selain itu, di lokasi yang sama, kita juga dapat menikmati alunan nada dari didgeridoo, alat musik terkenal khas Australia.
Apabila kita pergi ke sebelah barat Arnhem Land, kita akan mendapati Gunbalanya (Oenpelli). Di tempat itu, terdapat para seniman yang bekerja untuk menghasilkan tanda mata khas Aborigin. Tentu, sebagai buah tangan, kita dapat membeli karya mereka, berupa keranjang serta lukisan di Injalak Art and Craft Centre yang terkenal.
Kita juga dapat mengikuti tur yang dipandu oleh pemandu Aborigin ke Injalak Hill untuk menyaksikan gambar cadas (rock art) dan mendengar kisah-kisah Dreamtime. Yang makin asyik, perjalanan ini menyisipkan tur makanan khas hutan semak dan mempelajari cara Aborigin hidup dari alam negeri ini.
Di Arnhem Land, terdapat beberapa pusat seni Aborigin terkenal, termasuk komunitas Maningrida dan Yirrkala, tepat di luar kota pesisir Nhulunbuy di Gove Peninsula. Di sini, kita juga dapat mengikuti sejumlah tur budaya dengan pemandu pribumi setempat ke pantai berpasir putih dan perairan biru di Nanydjaka (Cape Arnhem), hanya beberapa jam berkendara dari Nhulunbuy. Perairannya yang sejernih kristal sempurna untuk menyelam dan snorkeling.
Masih belum puas? Arnhem Land juga memiliki bersejarah penting lainnya, termasuk puing-puing pemukiman Eropa awal di Garig Gunak Barlu National Park di Cobourg Peninsula yang terpencil. Di sekeliling Cobourg Marine Park tersedia habitat ideal bagi ribuan spesies burung. Jadi, apabila kita menyukai fotografi satwa liar, tempat ini amatlah cocok untuk memuaskan hasrat mengabadikan kehidupan margasatwa.
Sepanjang tahun, bentang alam Arnhem Land mengalami perubahan spektakuler. Waktu kunjungan paling diminati adalah selama musim kering (April hingga September). Musim hujan ditandai dengan kondisi cuaca dramatis yang ekstrem, sehingga sebagian taman ditutup. Tur helikopter dan penerbangan dengan pesawat kecil adalah cara lain untuk meresapi betapa luas panorama lama nan unik itu.
Akomodasi di Arnhem Land terbatas, tetapi kita tak perlu khawatir. Sebab, tersedia berbagai penginapan hutan belantara yang direkomendasikan di seluruh kawasan ini. Kita juga dapat tidur di bawah taburan bintang di salah satu dari banyak bumi perkemahan terpencil di Arnhem Land.
Penerbangan harian menghubungkan Nhulunbuy dengan Cairns dan Darwin. Kawasan ini juga dapat diakses dengan kendaraan gardan ganda di sepanjang Central Arnhem Road yang terhubung ke Stuart Highway di selatan Katherine. Akses dari Darwin ke Jabiru adalah lewat Arnhem Highway. Akses dari selatan adalah lewat Kakadu Highway.
Untuk mengunjungi Arnhem Land, kita membutuhkan izin dari Northern Land Council. Pengelola wisata Australia sangat merekomendasikan kita untuk mengikuti tur yang dikelola oleh operator yang memiliki izin untuk memasuki kawasan ini.
Perjalanan kita juga semakin lengkap dengan menyinggahi Taman Nasional Kakadu yang terdaftar sebagai Warisan Dunia. Di antara lahan basah, kehidupan margasatwa dan ngarai yang berbukit-bukit, Kakadu memiliki salah satu kawasan dengan gambar cadas terbanyak seantero jagat.
Di Kakadu, kita dapat menjumpai lebih banyak lagi situs kehidupan Aborigin. Menurut informasi, ada 5.000 situs Aborigin yang telah ditemukan di sini, termasuk seni cadas, tempat bernaung, perkakas batu, batu asah dan oker untuk upacara. Catatan kehidupan yang terperinci dan dramatis di Kakadu ini membawa kita ke 50.000 tahun yang lampau—sejak bukti pertama hunian manusia hingga kedatangan bangsa Eropa.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR